WahanaNews-NTT | Berbagai spekulasi liar di tengah publik Indonesia mulai bermunculan dengan selesainya pagelaran Partai Nasional Demokrat (Nasdem) mengusung Anis Baswedan Gubernur DKI Jakarta sebagai Capres 2024 beberapa waktu lalu.
Ada yang mengatakan Partai Nasdem ini selangkah lebih maju bahkan berani menjual produk politiknya kepada publik Indonesia.
Baca Juga:
Mulia Profesi 'Umar Bakrie' Nasibmu Hanyalah "Mimpi"
Ada pula yangmengatakan partai yang dinahkodai Surya Pallo ini curi start dengan sedikit konyol karena mendeklarasikan partainya mengusung Anis Baswedan padahal aspek threshold minimal 20% belum mencukupi untuk mencalonkan Anis.
Apakah Partai Demokrat terutama PKS searah dengan kehendak Surya Pallo belum tentu karena politik ini hitungan menit jam bisa saja berubah dan kemana arah anginnya sulit ditebak.
Ada juga yang berspekulasi pendeklarasian Gubernur DKI sengaja dipercepat hanya untuk menghindar dari sengatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas kasus Formula E yang sedang dalam tahap penyelidikan.
Baca Juga:
Cukup Bukti Penyidik Polres Sikka Jangan "Ewuh Pakewuh" Tersangkakan Manager Obor Mas
Karena kebijakan proyek Formula E oleh Gubernur DKI ini ada dugaan sarat dengan penyalagunaan uang negara. Dan, secara normatif lembaga antirasuah ini memiliki kewenangan penuh untuk memanggil memeriksa serta mentersangkakan siapa saja dan dalam posisi jabatan apapun. Karena hukum itu keras tertulis demikian (lex dura sed tamen scripta).
Dari kalangan ahli tata negara masih juga mempertanyakan pencapresan Anis Baswedan jika ditinjau dari Pasal 6 UUD 1945 bahwa calon presiden dan wakil presiden adalah orang Indonesia asli.
Apalagi sakit di dada warga DKI dan publik Indonesia belum terhapus melihat proses menjadikan Anis Baswedan sebagai Gubernur DKI penuh dengan dugaan politik identitas.
Barangkali Partai Demokrat dengan nahkodanya Agus Hari Murti Yudoyono (AHY) siap menerima lamaran Anis sebagai cawapres. Dengan kalkulasi politik peluang emas ini tidak boleh disia-siakan oleh anak pertama Bambang Susilo Yudhoyono.
Lamaran Anis Baswedan terhadap AHY jika benar, maka moment ini sebagai ajang ujicoba bahwa menang atau kalah itu urusan nanti yang penting partai berlambang mercy ini ada "jualan" produk politiknya pada pilres 2024.
Apalagi, usia AHY masih relatif muda dan peluang untuk Capres-Cawapres masih sangat terbuka di masa mendatang. Apakah PKS sehati dengan Demokrat belum bisa dipastikan karena partai oposisi pemerintah ini pasti mempunyai produk politiknya yang akan dijual pada pilpres 2024.
Semua kalkulasi gabungan partai politik antara Nasdem Demokrat dan PKS belum matang kemungkinan buyar bisa saja terjadi, jika benar, maka mimpi Gubernur DKI ini pupuslah sudah.
Bagaimana dengan koalisi Indonesia Bersatu (KIB) Golkar, PPP serta PAN? Apakah sudah sehati sejiwa mengusung Ketua Umum Partai Golkar Erlangga Hartato? Belum tentu, karena tiga partai ini pasti mempunyai visi misi masing-masing melihat pemimpin masa depan yang penuh tantangan ini.
Apalagi Sabtu pagi, 8 Oktober, PDIP dan Golkar jalan sehat bersama di Monas ini ada tanda- tandanya. Dan, beberapa hari terakhir ada kabar burung PPP sedang melirik Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang secara realita dukungan akar rumput mengalir begitu dahsyat untuk capres 2024.
Keadaan KIB juga belum solid menuju deadline 10 November pengumuman capres. Perlu diketahui Golkar PPP dan PAN adalah partai pendukung pemerintahan bersama PDIP sehingga tidak menutup kemungkinan Koalisi KIB bergeser ke hati PDIP.
Bagaimana Partai Gerindra dan PKB apakah masih terus menjagokan Prabowo dan Muhaimin Iskandar? Peluang ini masih saja bisa terjadi apalagi Prabowo dengan dukungan dana dan kendaraan politiknya sendiri rasanya ini kesempatan terakhir buat Menteri Pertanahan untuk maju Capres bersama Muhaimin mengingat juga dengan usianya.
Atas dasar realita "catur politik" ini, publik tanah air terus dibuat emosi, rindu, penasaran bahkan gregetan dengan PDIP, kok adem ayem saja. Kenapa tidak seperti partai Nasdem?
PDIP adalah partai nasionalis yang sangat besar dan matang dalam persilatan politik sehingga setiap langkah yang dimainkan penuh kalkulasi.
Apalagi "ibu politik" Indonesia, Megawati Soekarno Putri sudah malang melintang dalam dunia persilatan politik tanah air pasti punya nalar politik dengan sasaran tembaknya yang jitu.
Partai banteng moncong putih ini sedang memainkan adrenalin politik warga tanah air dengan prinsip "diam itu emas". PDIP bukan tidur, bukan masa bodoh serta tidak menghiraukan kehendak publik terhadap siapa Capres 2024 yang pantas dari PDIP.
Megawati seakan berdiri dari ketinggian menara monas melihat kebawah siapa-siapa yang sejatinya kawan dan lawan politiknya di pilpres 2024. Siapa yang sejatinya nasionalis dan siapa yang sedang bermain dalam politik identitas.
Megawati Soekarnoputri, politikus kaliber tanah air pasti akan mempersembahkan pekerja politik terbaiknya untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Yakinlah pada injury time, Megawati Soekarno Putri akan memberikan berkah kepada Ganjar Pranowo S.H., M.I.P. pria kelahiran 28 Oktober 1968 dari Karanganyar, Jawa Tengah ini. Hidup dan jaya Indonesiaku! [frs]
Oleh Marianus Gaharpung, Dosen Fakultas Hukum Universitas Surabaya