WahanaNews-NTT | Dibalik meriahnya Festival Wolobobo Ngada yang telah dilaksanakan 2 (dua) kali dalam masa kepemimpinan Bupati Andreas Paru dan Wakilnya Raymundus Bena ternyata menyisakan catatan kritis bagi sejumlah warga masyarakat Kabupaten Ngada, khususnya Netizen di Group Facebook.
Bahkan ada yang menilai bahwa Festival Wolobobo itu hanya menghabiskan uang tanpa menjawab kebutuhan rakyat.
Baca Juga:
Perkenalkan Potensi Daerah Menuju Peta Agro dan Heritage Nasional-Internasional, Pemda Ngada Gelar Festival Wolobobo
Dikutip dari Akun Facebook Ayu Faraningsih dalam Group Ngada Bangkit, Revitalisasi Pasar Inpres atau Ceremonial Yang bersifat hiburan biasa yang dikemas dalam nama keren "FESTIVAL WOLOBOBO"
Uang Dihabiskan dengan Tanpa Menjawab Kebutuhan Rakyat.
"Festival" hanyalah sebuah ceremonial tanpa meninggalkan dampak berarti bagai rakyat, karena apa guna sebuah festival jika UMKM yang merupakan motor penggerak Ekonomi Kreatif tetap mati enggan hidup tak mau.
Baca Juga:
Pastikan Terlibat Dalam Festival Wolobobo 2023, Bupati Ngada Keluarkan Surat Penegasan Khusus Bagi ASN
Rakyat sedang membutuhkan perputaran uang yang mumpuni dan salah satu jalan agar geliat ekonomi kembali normal adalah revitalisasi pasar inpres yang dialih fungsikan menjadi bangunan tempat menginapnya para hantu.
Sebagai rakyat kecil kita hanya bisa urut dada karena senantiasa disodorkan janji perbaikan ekonomi tetapi tidak satupun kebijakan yang mengarah kepada perbaikan ekonomi malah hanya bermain diranah ceremonial dan pembangunan infrastruktur prestisius yang bahkan bermasalah hukum.
Pemangku kepentingan kehilangan kreativitas dan akademis mereka seperti lumpuh karena mereka enggan berpikir mendalam tentang kondisi rakyat yang memang sedang galau karena resesi.