Prestasi hanya sebatas pengadaan dan eforia festival bangganya setinggi selangit. Seolah olah dari miliaran rupiah yang dialokasikan ke sektor pertanian sudah mampu membuat Ngada berubah.
Semisal, beras Soa sudah menjadi pasokan beras dolog, pemenuhan kebutuhan bawang dalam daerah tidak lagi ketergantungan dari Bima, seolah-olah Kopi Ngada ini sudah bisa bersaing dengan kopi-kopi kemasan luar yang masuk ke kios atau toko toko di Ngada, dan seterusnya.
Baca Juga:
Pengunjung Mencapai 80 Ribu Orang, Festival Bunga dan Buah Tahun 2024 Resmi Ditutup
Seolah olah anggaran miliaran rupiah yang dialokasikan ke sektor perikanan sudah bisa membendung masuknya ikan mentah dari luar kabupaten. Seolah olah ikan kering sudah tidak dikirim dari Bima. Seolah olah dari kekayaan hasil laut, Ngada sudah memproduksi produk makanan jadi berbahan ikan atau memproduksi pakan ternak berbahan ikan. Atau sudah bisa ekspor ikan seperti Flores Timur.
Seolah olah anggaran miliaran rupiah yang dialokasikan untuk Festival tahun lalu maupun tahun ini sudah bisa mendatangkan peserta partisipan dari Kabupaten tetangga dan Wisatawan Nusantara juga Mancanegara. Seolah olah bangun itu pantai jodoh sudah bisa menghasilkan PAD.
Kalau buat prestasi peningkatan PAD pada sektor pariwisata hanya karena dengan terbitkan Perbup kenaikan harga karcis masuk ke Mengeruda dan Wolobobo, itu tidak perlu berbangga, karena siapa pun yang jadi Bupati pasti bisa lakukan cara itu.
Baca Juga:
Menjelang Hari H Festival Bunga dan Buah, Bupati Karo Bersama OPD Tinjau Lokasi
Hingga berita ini diturunkan, Bupati Ngada Andreas Paru belum memberikan tanggapan meskipun sudah dimintai konfirmasi melalui pesan WhattsApp. [frs]