- Sejauh mana keberpihakan program anggaran pemerintah yang menyasar langsung kepada para praktisi pariwisata, kopi, tenun, bambu dan ekonomi kreatif sebagai bentuk pemberdayaan.
Tiap tahun promosi pariwisata, angkat kopi, bambu dan tenun jadi tema Festival Wolobobo tetapi jika tidak diimbangi dengan dukungan program anggaran yang menyasar para praktisinya sebagai bentuk pemberdayaan, itu omong kosong terwujud.
Baca Juga:
Pengunjung Mencapai 80 Ribu Orang, Festival Bunga dan Buah Tahun 2024 Resmi Ditutup
Buang-Buang Uang
Pesan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada sambutan pembukaan beberapa hari lalu sangat jelas bahwa ketika mereka mengunjungi Bena, di sana ada banyak wisatawan baik domestik mau pun manca negara. Di Festival Wolobobo juga harus bisa hadirkan wisatawan domestik dari luar NTT dan manca negara.
Baca Juga:
Menjelang Hari H Festival Bunga dan Buah, Bupati Karo Bersama OPD Tinjau Lokasi
Bukan mewajibkan para ASN, seluruh Camat dan Staf serta pemerintahan desa sekitaran Kota Bajawa untuk menjadi wisatawan pada kegiatan festival sehingga dampak ekonominya tidak ada sama sekali.
Prestasi APRB itu cuma pada taraf pengadaan dan eforia festival saja. Terobosan hasil dari pengadaan dan eforia festival itu kosong. Jadi, bangganya tidak perlu setinggi langit.
Itu akibat lebih senang piara dan duduk dengar kroni-kroni pasukan pesorak yang "rasu tama tuka" dan yang menunggangi efek bupatinya untuk politik Pileg sehingga minim bicara gagasan tentang membuat terobosan pembangunan Ngada pada sektor Tante Nela Paris yang gaung dikumandangkan sejak kampanye hingga saat ini.