Sementara itu, Kemenkes RI mengakui belum mengetahui pasti penyebab kasus gagal ginjal akut pada anak yang sekarang sedang viral. "Upaya penelusuran masih dan terus dilakukan," ungkap Kemenkes sebelumnya, Selasa (18/10/2022).
Hingga 18 Oktober 2022, demikian Kemenkes, pihaknya telah menerima 206 laporan kasus Gangguan Ginjal Akut pada anak dari 20 provinsi di Indonesia. Beberapa di antaranya dilaporkan meninggal, sebanyak 99 anak.
Baca Juga:
Telkomsel Perkuat Ekosistem Digital Indonesia Lewat MoU Bersama Instansi Pendidikan Gorontalo
Kemenkes menggandeng pelbagai pihak sedang berusaha mencari tahu faktor penyebab pasti di balik kasus-kasus tersebut.
"Kemenkes bersama BPOM, Ahli Epidemiologi, IDAI, Farmakolog dan Puslabfor Polri melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab pasti dan faktor risiko yang menyebabkan gangguan ginjal akut," tuturnya.
Sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas, kata Kemenkes, masyarakat diminta untuk tidak mengkonsumsi obat dalam bentuk cair/sirup tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
Baca Juga:
Bawaslu Jakarta Barat Minta Ormas Aktif Mengawasi Tahapan Pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta
"Sebagai alternatif dapat menggunakan bentuk sediaan lain
seperti tablet, kapsul, suppositoria (anal), atau lainnya," anjur Kemenkes.
Perbincangan tentang masalah Gangguan Ginjal Akut pada Anak mulai viral pasca beredarnya informasi tentang kasus Gagal Ginjal Anak di Gambia, Afrika, belum lama ini.
"Dugaan dari Gambia, Afrika, ada kandungan dietilen glikol dan etilen glikol pada sirup obat," ungkap Ketua Pengurus Pusat IDAI, Pipirim Basarah Yuniarso, Selasa (18/10/2022). [frs]