Melihat sikap Bupati seperti ini, Philips lantas mengatakan bahwa sebenarnya yang kanak-kanak itu adalah Bupati, karena sebagai pemimpin dia tidak bisa menempati diri pada saat itu, posisinya sebagai Bupati dengan ketua partai.
“Diskusi yang saya bangun dengan pa Even dan pa Ketua, perdebatan kami, diskusi kami jelas berdasarkan Tatib. Bupati kan hanya dengar saja, kenapa harus ditanggapi.” tandas dia.
Baca Juga:
Tak Disangka, Robi Idong Mampu Dongkrak IPM Kabupaten Sikka Jadi Terbaik Kedua di NTT
Dengan demikian menurut Philips, Bupati tidak mampu menempatkan dirinya. Baginya, Bupati Sikka terbaca telah menunjukkan kepanikan bahwa DPRD secara kelembagaan, 6 Fraksi itu sudah tidak lagi mendukung dia.
Bagi saya, soal dukung-mendukung di DPRD itu sudah biasa, tidak perlu Bupati terpancing, kata Philips.
"Masa Bupati Sikka memprovokasi Ketua DPRD berkelahi dengan Anggota DPRD dan meyakini bahwa hal tersebut adalah cara terbaik untuk menyelesaikan permasalahan. Masa berkelahi (Duel) adalah cara terbaik untuk menyelesaikan suatu masalah, keyakinan dan pemahaman seperti apa yang ada dalam diri seorang Bupati Sikka?" ujar Philips menanyakan.
Baca Juga:
Jawab Penantian Panjang, Robi Idong Bangun Jalan Pemana-Gunung Sari, Warga Sebut Sosok Pemimpin Hebat
Philips lanjut mengatakan, keributan kemarin menunjukkan, Bupati tidak paham Mekanisme Rapat di DPRD dengan mengatakan Sidang sudah selesai. Yang terjadi adalah Rapat sementara di skors untuk melanjutkan Pemilihan Pimpinan AKD di Ruang Komisi.
"Jadi sangat tidak elegan dan etis, Bupati memprovokasi dan menghasut bahkan menyuruh Ketua DPRD yang adalah Sekretaris Partainya untuk berduel dengan Anggota DPRD," tutupnya. [dny]