Terhadap pernyataan Kapolres ini, Siflan Anggi pun mempertanyakan, kehadiran Polres Sikka di Kabupaten Sikka mewakili siapa; apa manfaat Polres Sikka kalau bukan perpanjangan tangan dari Polda dan Polri; Lokus kasus Traficking 17 anak di Maumere, namun pihak Polres selalu melemparnya ke Polda NTT.
“Saat saya tanya, kenapa pub masih buka sampai saat ini, jawaban Kapolres Sikka karena dapat ijin dari Polda NTT. Saya kaget, kok bisa Polda NTT kasi ijin pub bermasalah yang di OTT oleh Polda sendiri,” tanya dia.
“Saya tanya kenapa Truk F tidak dapat tembusan surat ijin dari Polda, jawab Kapolres Sikka “kamu sebagai apa” dalam hati saya rasa lucu saja.” ungkap Siflan menambahkan.
Baca Juga:
Polresta Barelang Tangkap Tersangka TPPO dan Gagalkan Pengiriman PMI Ilegal Melalui Pelabuhan Internasional Batam
Ia menyayangkan, saat OTT Polda NTT menitipkan ke 17 anak ini di Truk F dan Police line ke 4 pub tersebut tidak boleh dibuka sampai kasus ini selesai dengan putusan tetap di Pengadilan.
Namun kata Siflan Anggi, dalam perjalanan secara diam-diam Polda NTT memberikan ijin dan hanya sampaikan pada Polres Sikka.”Ada apa ini,” tanya Siflan.
“Ini patut diduga bukti konspirasi antara pemilik 4 pub. Ini kejahatan kemanusiaan yang tersistem karena pub yang bermasalah tetap diijinkan untuk dibuka yang diduga dalam operasi pub ini dilakukan TPPO,” pungkasnya.
Baca Juga:
Resmob Polda Sulut Tangkap Tiga Terduga Pelaku Perdagangan Orang di Manado
Lebih anehnya lagi, pemilik pub 999 (Triple Nine-Red) tidak ditahan sementara kasusnya sama dengan Libra, Shasari dan Bintang. Malah pemilik pub Libra 1 orang yang diduga TPPO, sementara 3 orangnya dari Triple Nine sampai hari ini tidak ditahan oleh Polda NTT sembari menanyakan ada apa antara Polda NTT dengan pemilik Triple Nine ini.
Untuk itu dengan tegas Siflan Anggi meminta kepada Polda NTT untuk segera menahan pemilik pub Triple Nine (999-Red), karena menurut dia tidak ada kekebalan hukum di Republik ini, apalagi diistimewakan.
Jika terjadi kekebalan hukum terhadap kasus yang sama cuman orang yang berbeda maka patut diduga ada mafia, konspirasi dan dagang hukum yang sedang terjadi di sana, tutup Siflan sambil mengakhiri orasinya dengan sebuah puisi.