"Informasi dari masyarakat sekitar Cunca Wulang bahwa di tepat kejadian itu memang sudah dilarang untuk bermain karena tidak safety. Kalau semua pengunjung mematuhi aturan yang berlaku dan lapor diri ke petugas kemungkinan besar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan. Kami mengimbau siapapun pengunjung diharapkan memakai life jaket untuk menjaga bila terjadi apa-apa," katanya.
Edi juga membenarkan selama 10 tahun terakhir, sejumlah wisatawan baik lokal dan mancanegara meninggal di lokasi tersebut.
Baca Juga:
BPKN Kritik Rencana ATR/BPN Ambil Alih Tanah Menganggur, Sebut Langgar Hak Rakyat
"Kejadian terakhir 2016 lalu," katanya.
Terpisah, dua penyelam anggota Persatuan Penyelam Profesional Komodo (P3KOM) yang menemukan korban, Mateus Fandi Laswendo (27) dan Engel Tani (29) mengakui medan di air terjun yang terjal dan arus air yang kencang menjadi kendala dalam proses pencarian korban.
Keduanya menemukan jenazah korban yang terpelungkup di sudut gua.
Baca Juga:
KBRI Tokyo Ikuti Upacara 80 Tahun Tragedi Hiroshima dan Nagasaki Bersama PM Jepang Shigeru Ishiba
Setelah 20 meter turun ke lokasi menggunakan tali, mereka menyelam hingga kedalaman 7.5 meter. Di kedalaman itu mereka menemukan sebuah gua bawah air terjun.
Debit air yang besar dan air sungai yang keruh sangat menyulitkan pencarian, sebab visibility (jarak pandang) penyelam hanya 1-2 meter.
Untuk membantu para penyelam, warga mengurangi debit air dengan menutup dan mengalihkan aliran air dari atas air terjun, strategi ini cukup ampuh dalam proses pencarian.