Oleh : PETRUS SELESTINUS, KOORDINATOR TPDI & KOORDINATOR ADVOKAT PEREKAT NUSANTA
Baca Juga:
Jawab Penantian Panjang, Robi Idong Bangun Jalan Pemana-Gunung Sari, Warga Sebut Sosok Pemimpin Hebat
WahanaNews-NTT | Beberapa hari yang lalu tepatnya, Kamis 2/2/2023, Very Awales, Kadis Kominfo, Kabupaten Sikka, mengklarifikasi kritik publik tentang keterlambatan atau mangkraknya pembangunan Menara Lonceng di Gelora Samador Da Cunha di Sikka, Maumere.
Penjelasan Kadis Kominfo, VERY AWALES mengkonfirmasi bahwa pembangunan Menara Lonceng Santo Yohanes Paulus II, sesungguhnya merupakan program“Pemerintah Daerah Sikka”guna memenuhi harapan seluruh Umat di Kabupaten Sikka.
Akan tetapi dalam waktu yang hampir bersamaan, hanya selisih dua hari yaitu pada Sabtu 4/2/2023, Robi Idong dalam wawancara dengan wartawan seputar argumen dasar membangun Menara Lonceng, Robi Idong mengkonfirmasi bahwa pembangunan Menara Lonceng merupakan "Kegiatan Kemasyarakatan "(Masyarakat dan Keuskupan Maumere)".
Baca Juga:
Bupati Sikka Akui Keliru Urus Banyak Hal Termasuk Janji Politik Yang Belum Dipenuhi
Kebohongan Yang Berlanjut
Inilah niat jahat, dusta dan kebohongan Robi Idong, secara berlanjut yang diungkap Very Awales, sebagaimana terungkap ke sejumlah media sbb. :
a. Robi Idong menyatakan Menara Lonceng adalah proyek Masyarakat dan Keuskupan Maumere, tetapi Masyarakat atau Uskup Maumere tidak pernah dilibatkan dalam Perencanaan, Penganggaran, Kepanitian, Arsitektur, Kontraktor dll.
b. Robi Idong menyatakan yang akan membangun adalah Keluarga Besar Tionghoa yang ada di Maumere, tetapi ketika meletakan batu pertama Robi Idong bertindak one man show, dia Bupati, dia Pekerja Proyek, dia Pantia Pelaksana, dia Peminta Sumbangan dll.
c. Anggaran pembangunan Menara Lonceng tidak masuk dalam APBD, tetapi Robi Idong menjanjikan akan dibiayai oleh APBD.
d. Robi Idong menyatakan besok akan mengadakan Rapat Panitia Pelaksanaan Pembangunan Menara Lonceng, padahal Panitianya menurut Very Awales belum dibentuk (sedang disiapkan SK Pembentukannya).
Beberapa kebohongan dan tipu muslihat Robi Idong secara berlanjut, membuktikan bahwa pembangunan Menara Lonceng Santo Yohanes Paulus II di Sikka, tidak direncanakan secara matang dan secara bersama-sama dengan pihak Keuskupan Maumere bahkan telah dimanipulasi dan dilandasi Itikad Buruk Robi Idong.
Tidak adanya kejelasan sumber dana dan penganggarannya, serta tidak ada kejelasan apakah proyek ini milik Pemda Sikka atau proyek milik Masyarakat Maumere Cq. Keuskupan Maumere, malah muncul penjelasan berbeda antara Very Awales dengan Robi Idong, membuat publik Sikka bertanya-tanya siapa yang berbohong di antara keduanya.
Belum Jelas, Sudah Minta Sumbangan
Meskipun belum jelas apakah proyek Menara Lonceng ini milik Pemda Sikka atau milik Masyarakat Maumere dan apakah dibangun atas dasar sistim kerjasama pihak ketiga atau oleh Pemda sendiri, Namun Robi Idong sudah meletakan batu pertama tanda dimulainya pekerjaan Menara Lonceng dan sudah meminta sumbangan kesana kemari.
Ini memperlihatkan betapa proyek Menara Lonceng adalah proyek one man show Robi Idong, padahal modal kerja proyek berasal dari Sumbangan Masyarakat. Robi Idong-pun mencoba memancing daya tawar Masyarakat dengan mendeclare bahwa keluarganya menyumbang Rp.100 juta, itupun belum jelas kapan disetor dan disetor ke siapadan asal uang dari mana.
Robi Idong dan Masyarakat Cq. Uskup Maumere harus duduk sama sama untuk memastikan terlebih dahulu secara transparan dan akuntabel, siapa sebenarnya sebagai pemegang otoritas membangun proyek Menara Lonceng, siapa nanti yang mengotorisasi semua hal dan di mana posisi Pemda Sikka dan Uskup Maumere ditempatkan.
Kerjasama Pihak Ketiga
Jika Menara Lonceng ini proyek Masyarakat atau Keuskupan Maumere, maka melalui mekanisme peran serta masyarakat, proyek Menara Lonceng ini sepenuhnya dibangun di bawah otoritas Keuskupan Maumere.
Sebaliknya jika dibangun melalui mekanisme kerjasama Pemda Sikka dengan Pihak Ketiga (Keuskupan Maumere), maka Pemda Sikka dan Keuskupan Maumere harus duduk sama-sama untuk merumuskan syarat-syarat kerjasamanya. Inilah yang elok.
Tidak adanya kejelasan tentang siapa penanggung jawab pembangunan proyek Menara Lonceng, siapa yang berhak membentuk panitiannya, dan dari mana sumber dananya, siapa Kontraktor atau pemborong yang mengerjakannya, ini by design agar Robi Idong nisa curi start dan memanipulasi semua kondisi yang ada.
Karena itu Robi Idong tidak boleh seenaknya "one man show" alias suka-suka mengatur sendiri, membentuk Panitia sendiri, menentukan sumber dananya sendiri, meletakan batu pertama sendiri tanpa kejelasan anggaran. Ini namanya serakah alias tidak tahu diri.
Anehnya meskipu kewenangan untuk membangun proyek Menara Lonceng, belum jelas, apakah wewenang Pemda Sikka atau wewenang Umat Katholik Maumere, Cq. Uskup Maumere, namun Robi Idong sudah curi start dengan meletakan batu pertama tanggal 2/2/2022 atau setahun yang lalu, tanpa ada jaminan kepastian kelanjutan pekerjaannya.
Di sini nampak jelas bahwa Masyarakat Maumere diperdaya bahkan dicoba untuk dibodohi, akibatnya Masyarakat Maumere tidak percaya lagi akan janji-janji manis Robi Idong terlebih-lebih ketika Robi Idong bertindak sebagai pemilik proyek dan atau sebagai pencari dana alias Tere Bea. [frs]