Tak hanya itu saja, anak-anak sekolah pun merasakan hal yang sama, sehingga saat mereka berangkat sekolah harus melewati jalan atau lorong lain yang lebih jauh lagi, karena akses jalan disitu tak bisa dilalui, kata Frit sang inisiator bersama Alan ini.
Kondisi Rabat Setelah Dikerjakan Secara Swadaya Oleh Anak-Anak Muda Lorong Challam.
Baca Juga:
Swadaya Warga dan Pemdes Bangun TPT: Antisipasi Longsor di Bandar Pulau Pekan
Frit yang saat itu didampingi Alan yang adalah Ketua Gerakan Pemuda Pemudi Challam mengakui bahwa, akibat dari adanya genangan air tersebut banyak anak dikompleks itu sering terserang yang namanya penyakit DBD setiap tahun, bahkan sudah menjadi langganan.
" Hal inilah yang membuat kami anak-anak muda di lorong Challam ini menjadi resah. Meski sudah dialami berulang kali namun tidak ada perhatian dari pemerintah setempat," ungkap Frit Wuwur.
Baca Juga:
Pemprov Sumut Siapkan Langkah Antisipasi untuk Mudik Lebaran 2024
Ia bahkan mengungkapkan, sekali waktu pernah ada beberapa kali proyek masuk namun itu selesai di pengukuran saja. Hal itu bahkan sudah terjadi 2 hingga 3 kali.
" Dengan orangtua yang selalu diberi harapan bahwa nanti pada saat sudah diukur ini tidak lama lagi rabat ini akan diperbaiki ternyata tidak. Dan kejadian itu sudah berlangsung dua atau tiga kali," ketus Frit dengan nada kesal.