WahanaNews-NTT | PT PLN (Persero) tetap bertahan di tengah lesunya perekonomian nasional akibat pandemi Covid-19 pada tahun 2020-2021 dan menciptakan nilai berkelanjutan. Keberhasilan ini tidak terlepas dari strategi dengan implementasi Governance, Risk and Compliance (GRC).
Dalam Seminar Governance, Risk and Compliance (GRC) Summit 2022 bertajuk Sailing in Multiverse of Uncertainty, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko, Sinthya Roesly mengungkapkan, GRC diimplementasikan dalam pengelolaan siklus hidup aset, mulai dari perencanaan investasi melalui Komite Investasi dan Cash War Room (CWR), termasuk peningkatan kualitas pengambilan keputusan untuk semua proses bisnis. Hal ini mencerminkan komitmen PLN untuk meningkatkan tata kelola sehingga akuntabilitas atas proses yang dijalankan dapat selalu terjaga.
Baca Juga:
Sambut HLN Ke-79, Donasi Insan PLN Terangi 3.725 Keluarga se-Indonesia
"Sebagai perusahaan yang diberi mandat untuk melistriki negeri, PLN memiliki peran penting dalam menjalankan pelayanan kelistrikan dari hulu sampai hilir. Hal ini perlu dikelola dengan baik dan cermat oleh perseroan," kata Sinthya.
Sinthya mengungkapkan, perjalanan CWR di PLN dimulai pada pertengahan 2020 ketika pandemi melanda. CWR 1.0 dijalankan dengan fokus utama untuk meningkatkan cash and liquidity. Pada April 2021 digulirkan CWR 2.0 dengan skema kerja berbasis pengendalian anggaran dan central planning. CWR 3.0 yang baru dirilis pada Agustus 2022 kemarin, menambahkan 3 workstream lain yaitu ESG, risiko keuangan, dan manajemen aset.
Dengan melakukan pendalaman dan memperluas transformasi bisnis, pada tahun 2020 Cash War Room dapat merealisasikan cash release sekitar Rp 20 triliun dan tambahan cash release sekitar Rp 7 triliun di tahun 2021. Kenaikan EBITDA di tahun 2021 sekitar Rp 6 triliun dapat terealisasi yang merupakan hasil dari intervensi dan fokus pada perbaikan KPI.
Baca Juga:
Tujuh Tahun Terakhir, Rasio Elektrifikasi PLN NTT Naik 34 Persen
Pada tahun 2020, sebagai respon terhadap kondisi pandemi yang mana PLN dihadapi dengan uncertainties, PLN memulai program transformasi dengan pengembangan yang selalu dilakukan hingga saat ini telah memiliki 29 breakthrough, di mana 21 breakthrough terkait dengan digitalisasi. Digitalisasi program transformasi PLN mulai dari hulu sampai ke hilir, mulai dari pengelolaan energi primer yang terintegrasi dengan sistem digital dari Ditjen Minerba, pembangkitan, EAM transmisi dan distribusi, sampai pelayanan pelanggan.
"Hingga akhir 2021, tercatat Aset PLN sebesar Rp 1.610 triliun, dengan besaran belanja operasional (OPEX) Rp 323 triliun dan belanja modal (CAPEX) sebesar Rp 60 triliun. Oleh karena itu, kami harus bisa mengelola aset tersebut dengan memperhatikan keseimbangan antara risk and return melalui penerapan GRC," ujar Sinthya.
Menurut Sinthya, keberhasilan integrasi GRC dalam program CWR tidak terlepas dari dukungan tim yang dinamis, kolaboratif dan kinerja unggul. Dibutuhkan mindset terkait financial sustainability serta pengambilan keputusan yang cepat, tepat dan aman untuk dapat memastikan penerapan GRC berjalan secara optimal.