Jatah beras bulan kedua baru diserahkan setelah beras bulan pertama habis dikonsumsi.
Sedangkan petugas dari dinas kesehatan, puskesmas dan pustu akan bertugas memantau berat badan balita setiap bulannya.
Baca Juga:
Perum Bulog Bombana Salurkan 1.800 Kg Beras Fortivit untuk LKS dan Panti Asuhan
"Kalau di tempat lain setelah mengonsumsi beras fortivit, rata-rata berat badan balita di atas garis," kata Purnomo Sinar Hadi.
Saat ini, Kabupaten Kupang menjadi salah satu daerah dengan angka stunting urutan tiga terbesar di NTT setelah Sumba Barat dan Sumba Timur.
Wakil Bupati Kupang, Jery Manafe, mengatakan, prosentase stunting di daerah itu mencapai 22,3%, pemerintah telah berkomitmen menurunkan prosentase stunting di bawah satu digit dalam satu atau dua tahun mendatang.
Baca Juga:
Bulog Gelar Program Mitra Tani untuk Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional
Menurutnya, tingginya balita stunting di daerah itu disebabkan banyak faktor, seperti kesulitan air bersih dan warga tidak mengonsumsi makanan bergizi.
"Anak-anak saat masih kecil, mereka sudah bekerja mengambil air bersih dengan jeriken jauh dari rumah," katanya.
Kabupaten Kupang memiliki 177 desa dan kelurahan, masyarakat tinggal terpencar di wilayah yang memiliki topografi bergunung-gunung dengan akses air bersih yang terbatas dan akses ke pusat pelayanan kesehatan yang jauh, juga menjadi salah satu sebab tingginya balita stunting di daerah itu.