WahanaNews-NTT | Direktur Human Capital Perum Bulog, Purnomo Sinar Hadi, mengingatkan orangtua tidak mengonsumsi beras fortivit yang dibagikan kepada balita stunting.
"Beras ini difokuskan kepada balita yang berat badannya memang di bawah garis merah (BGM), kita khawatir nanti dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga," kata Purnomo Sinar Hadi saat kegiatan penyerahan beras fortivit kepada balita stunting di Kantor Lurah Naibonat, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Jumat (3/12/2021).
Baca Juga:
Perum Bulog Bombana Salurkan 1.800 Kg Beras Fortivit untuk LKS dan Panti Asuhan
Sehari sebelumnya, Bulog menyerahkan beras fortivit bagi balita stunting di Desa Bokong, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang.
Di Naibonat, Bulog menyerahkan 5.700 kilogram beras bervitamin kepada 382 balita stunting atau sekitar 6% dari total balita stunting di Kabupaten Kupang berjumlah 6.674 orang.
Para balita stunting mengonsumi beras fortivit selama tiga bulan hingga berat badan balita naik di atas garis merah.
Baca Juga:
Bulog Gelar Program Mitra Tani untuk Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional
Bantuan tersebut bersumber dari CSR Bulog yakni Bulog Peduli Gizi yang digelar setiap tahun.
"Jika beras dikonsumsi secara disiplin, mestinya berat badan balita naik, tetapi kadang kita lalai ternyata beras dikonsumsi oleh anggota keluarga yang lain sehingga berdampak terhadap berat badan balita stunting hasilnya akan meleset," jelasnya.
Setiap balita tersebut menerima beras fortivit yang dikonsumsi selama tiga bulan.
Jatah beras bulan kedua baru diserahkan setelah beras bulan pertama habis dikonsumsi.
Sedangkan petugas dari dinas kesehatan, puskesmas dan pustu akan bertugas memantau berat badan balita setiap bulannya.
"Kalau di tempat lain setelah mengonsumsi beras fortivit, rata-rata berat badan balita di atas garis," kata Purnomo Sinar Hadi.
Saat ini, Kabupaten Kupang menjadi salah satu daerah dengan angka stunting urutan tiga terbesar di NTT setelah Sumba Barat dan Sumba Timur.
Wakil Bupati Kupang, Jery Manafe, mengatakan, prosentase stunting di daerah itu mencapai 22,3%, pemerintah telah berkomitmen menurunkan prosentase stunting di bawah satu digit dalam satu atau dua tahun mendatang.
Menurutnya, tingginya balita stunting di daerah itu disebabkan banyak faktor, seperti kesulitan air bersih dan warga tidak mengonsumsi makanan bergizi.
"Anak-anak saat masih kecil, mereka sudah bekerja mengambil air bersih dengan jeriken jauh dari rumah," katanya.
Kabupaten Kupang memiliki 177 desa dan kelurahan, masyarakat tinggal terpencar di wilayah yang memiliki topografi bergunung-gunung dengan akses air bersih yang terbatas dan akses ke pusat pelayanan kesehatan yang jauh, juga menjadi salah satu sebab tingginya balita stunting di daerah itu.
Kegiatan Bulog Peduli Gizi ini juga dirangkai dengan pemeriksaan kesehatan, sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat, pelatihan gizi keluarga sehat dan penimbangan balita dan makan buah bersama. [dny]