Lebih lanjut Viktor mengatakan ketersediaan listrik bersih akan membuka potensi pengembangan ekonomi seluruh masyarakat NTT. Termasuk sektor pariwisata yang punya potensi besar untuk jadi destinasi dunia seperti Labuan Bajo.
"Orang tidak mau masuk hotel kalau energi listriknya bersumber dari energi fosil. Pengembangan PLTP Ulumbu adalah bagian dari upaya kita membenahi ini semua," ujar Viktor.
Baca Juga:
Sambut HLN Ke-79, Donasi Insan PLN Terangi 3.725 Keluarga se-Indonesia
General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) Abdul Nahwan menuturkan saat ini kebutuhan energi listrik di NTT mengalami pertumbuhan cukup pesat. Sehingga penambahan pasokan listrik, khususnya dari pembangkit EBT sangat dibutuhkan.
"Pemanfaatan potensi panas bumi PLTP Ulumbu ini sejalan dengan road map percepatan peningkatan bauran EBT nasional demi mencapai NZE pada 2060. Adapun pengembangan PLTP Ulumbu unit 5 dan 6 ini berkapasitas total 40 megawatt," jelas Nahwan.
Baca Juga:
Tujuh Tahun Terakhir, Rasio Elektrifikasi PLN NTT Naik 34 Persen
Dirinya menambahkan saat ini pembangunan perluasan PLTP Ulumbu telah memasuki tahap survei dan pembebasan lahan. Sebelumnya, PLN juga telah mengoperasikan PLTP Ulumbu unit 1-4 dengan kapasitas total 10 MW.
Nahwan menjelaskan kehadiran PLTP menjadi sangat penting karena sifatnya sustainable yaitu dapat menghasilkan energi berkelanjutan sehingga tersedia untuk jangka waktu yang panjang. Energi ini juga reliable yakni tidak tergantung pada kondisi cuaca.
"Berbeda dengan PLTS dan PLTB, PLTP ini tidak bersifat intermittent, sehingga akan lebih andal bagi sistem kelistrikan. Keunggulan lain energi panas bumi adalah direct use atau dapat dipakai langsung ke pengguna akhir. Kemudian dapat menciptakan lapangan kerja, tidak ada polusi dan ramah lingkungan," pungkas Nahwan. [frs]