Kita tahu bahwa, aktivitas pertanian sangat dipengaruhi oleh kualitas dan aktivitas lingkungan hidup, dan apabila krisis iklim mulai terjadi di wilayah daerah Sikka, maka kemungkinan besar kita dapat mengalami krisis pangan yang sangat buruk.
Selain berpengaruh pada ketahanan pangan, adapun dampak yang akan terjadi pada generasi kita selanjutnya yaitu terhadap pemenuhan hak anak.
Baca Juga:
Pesta Raya Flobamoratas, Ajang Festival Mendekatkan Isu Perubahan Iklim kepada Masyarakat Luas
Terdapat 97.106 jiwa atau 30% penduduk Sikka yang berusia 0-17 tahun, dalam hal ini adalah anak-anak yang merupakan usia paling rentan apabila pemenuhan kebutuhan pangan, nutrisi, dan gizi tidak terpenuhi.
Dua Remaja Asal Sikka ketika membagikan cerita fakta terkait pengaruh krisis iklim terhadap pemenuhan hak-hak anak di Sikka.
Baca Juga:
Hadapi Krisis Iklim Global di NTT, VCA Gelar Dialog Publik Bertajuk "Suara Bae Dari Timur"
Hal ini memungkinkan naiknya angka stunting di daerah kita, ditambah lagi, banyaknya kasus-kasus kekerasan terhadap anak, sekitar 200-an kasus yang tercatat di Dinas P2KBP3A Sikka. Bayangkan, jika potensi anak muda yang seharusnya dapat membangun daerah, tidak diperhatikan, hal ini tentunya akan berdampak buruk bagi generasi yang akan datang.
Berdasarkan masalah tersebut, maka melalui kula babong (Jumpa Pers) Youth Voice Now Sikka berharap praktik baik dan cerita-cerita yang dibagikan terkait isu ‘Pengaruh Krisis Iklim Terhadap Pemenuhan Hak-Hak Anak” bisa dipublikasikan melalui media, sehingga hal ini dapat juga menjadi perhatian masyarakat secara luas.
Selain itu, anak-anak remaja asal Sikka yang tergabung dalam Project ini ingin mengajak orang-orang muda untuk mendorong masyarakat dan pemerintah melakukan aksi nyata, berkolaborasi sehingga dapat mengurangi dampak buruk yang akan terjadi di Kabupaten Sikka di masa mendatang.