WahanaNews-NTT | Youth Voice Now beberkan pengaruh krisis iklim terhadap pemenuhan hak-hak anak di Kabupaten Sikka.
Kegiatan yang dikemas dalam kula babong dan diprakarsai oleh anak-anak remaja asal Sikka ini berlangsung di Kantor Yayasan FREN, Jumat (16/06/2023).
Baca Juga:
Pesta Raya Flobamoratas, Ajang Festival Mendekatkan Isu Perubahan Iklim kepada Masyarakat Luas
Youth Voice Now merupakan salah satu project yang diprakarsai oleh Chilfund Internasional di Indonesia dan Yayasan FREN yang didanai oleh Barnfonden dan Swedish Istitute.
Di Sikka, Youth Voice Now terbentuk sejak Juni 2022 dan menjadi wadah untuk meningkatkan kemampuan (soft skill) orang muda, terutama agar remaja dan orang muda dapat berpartisipasi secara aktif dan bermakna dalam pembangunan di Kabupaten Sikka.
Ketua Project Youth Voice Now Sikka, Dimas ketika memberikan pengarahan.
Baca Juga:
Hadapi Krisis Iklim Global di NTT, VCA Gelar Dialog Publik Bertajuk "Suara Bae Dari Timur"
Dalam rilis yang diterima media ini menjelaskan bahwa, saat ini masalah krisis iklim yang berdampak pada kasus kelaparan dan ketahanan pangan sedang menjadi wabah di tingkat dunia.
Menurut laporan FAO (Food & Agriculture Organiation) terdapat 828 juta orang yang terdampak pada tahun 2021. Sementara menurut BPS Kabupaten Sikka aktivitas utama ekonomi masyarakat adalah di sektor pertanian, perkebunan dan perikanan, dan hanya 11% penduduk yang bekerja sebagai pegawai.
Kita tahu bahwa, aktivitas pertanian sangat dipengaruhi oleh kualitas dan aktivitas lingkungan hidup, dan apabila krisis iklim mulai terjadi di wilayah daerah Sikka, maka kemungkinan besar kita dapat mengalami krisis pangan yang sangat buruk.
Selain berpengaruh pada ketahanan pangan, adapun dampak yang akan terjadi pada generasi kita selanjutnya yaitu terhadap pemenuhan hak anak.
Terdapat 97.106 jiwa atau 30% penduduk Sikka yang berusia 0-17 tahun, dalam hal ini adalah anak-anak yang merupakan usia paling rentan apabila pemenuhan kebutuhan pangan, nutrisi, dan gizi tidak terpenuhi.
Dua Remaja Asal Sikka ketika membagikan cerita fakta terkait pengaruh krisis iklim terhadap pemenuhan hak-hak anak di Sikka.
Hal ini memungkinkan naiknya angka stunting di daerah kita, ditambah lagi, banyaknya kasus-kasus kekerasan terhadap anak, sekitar 200-an kasus yang tercatat di Dinas P2KBP3A Sikka. Bayangkan, jika potensi anak muda yang seharusnya dapat membangun daerah, tidak diperhatikan, hal ini tentunya akan berdampak buruk bagi generasi yang akan datang.
Berdasarkan masalah tersebut, maka melalui kula babong (Jumpa Pers) Youth Voice Now Sikka berharap praktik baik dan cerita-cerita yang dibagikan terkait isu ‘Pengaruh Krisis Iklim Terhadap Pemenuhan Hak-Hak Anak” bisa dipublikasikan melalui media, sehingga hal ini dapat juga menjadi perhatian masyarakat secara luas.
Selain itu, anak-anak remaja asal Sikka yang tergabung dalam Project ini ingin mengajak orang-orang muda untuk mendorong masyarakat dan pemerintah melakukan aksi nyata, berkolaborasi sehingga dapat mengurangi dampak buruk yang akan terjadi di Kabupaten Sikka di masa mendatang.
Isu-isu ini diangkat dari hasil diskusi dengan kelompok-kelompok orang muda dan juga berdasarkan hasil kajian bersama. Harapannya melalui kolaborasi aspirasi dan gerakan orang muda di Sikka dapat bersama mengubah masa depan Kabupaten Sikka yang lebih sejahtera, terutama dalam beradaptasi dengan pengaruh krisis iklim terhadap pemenuhan hak-hak anak.
Dalam kegiatan ini, para remaja asal Kabupaten Sikka ini membeberkan 10 (sepuluh) isu utama yang menjadi dampak adanya krisis iklim terhadap pemenuhan hak-hak anak di Kabupaten Sikka yang dituangkan dalam bentuk cerita fakta.
Sepuluh isu tersebut antara lain; Bullyng, Putus Sekolah, Gangguan Mental, Kekerasan Seksual Terhadap Anak, Banjir Rob, Hasil Tangkapan Ikan, Banjir Bandang Magepanda, Sampah, Gagal Panen dan Kurangnya Peran Serta Anak Muda. [frs]