Di tengah ketidakpastian ini, Yupiter dan Edi hanya bisa berharap ada perubahan. Mereka ingin kembali ke hari-hari di mana laut menjadi sumber kehidupan, bukan ancaman.
“Kami butuh keadilan. Kami hanya ingin bisa bekerja seperti biasa, tanpa takut hasil panen dan tangkapan kami hancur karena pencemaran,” kata Yupiter.
Baca Juga:
Kapal Tenggelam di Perairan Pulau Tam Tapteng, 12 ABK Berhasil Dievakuasi
Sementara itu, laut yang dulu biru jernih kini masih tampak suram, membawa jejak tumpahan minyak yang belum sepenuhnya hilang. Bagi para petani rumput laut dan nelayan di Kupang, harapan kini bertumpu pada seberapa cepat pihak terkait bisa bertindak untuk memulihkan kehidupan mereka yang terancam.
Mereka meminta pemerintah Kabupaten Kupang, juga pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, segera turun tangan untuk menyelesaikan masalah tumpahan minyak tersebut.
Selain itu, mereka juga meminta pihak perusahaan dari Kapal Kargo Kuala Mas untuk ikut bertanggung jawab terhadap nasib petani rumput laut dan nelayan Desa Bolok, Kabupaten Kupang. [frs]