NTT.WahanaNews.co-Kupang| Matahari sudah di ufuk barat, Yupiter Luit Holbala, perlahan mengayun sampan, mengintari deretan panjang tali, yang ditanam rumput laut. Ia mengecek deretan tali rumput laut yang biasanya menjadi sumber penghidupannya.
Baca Juga:
Kapal Karam di Pantai Malabero Bengkulu, Tujuh Orang Meninggal Dunia
Ia pun kembali, ke bibir pantai di Desa Bolok, Kabupaten Kupang, dengan membawa kurang dari seember rumput laut.
Dengan wajah lesuh, ia menunjukkan hasil panenan, yang tidak seberapa, selain dalam kondisi rusak, juga berminyak rumput laut hasil penennya.
Dalam nada suara yang terbata-bata, Yupiter mengatakan, tidak seperti biasanya, rumput laut biasanya hijau, demikian pula panenan, untuk satu tali dengan panjang 80 meter, capai 75 kilogram, namun kali ini tidak sampai 5 kilogram.
Baca Juga:
Dampak Buruk Tenggelamnya Kapal Kuala Mas, Warga Keluhkan ke Kades Bolok
“Biasanya, satu tali sepanjang 80 meter bisa menghasilkan 75 kilogram rumput laut. Tapi sekarang, hasilnya jauh berkurang,” keluh Yupiter (16/02), dilansir dari iNewsAlor.id.
Yupiter menduga, penyebab rusaknya rumput laut, hingga berkurang panenannya, akibat tumpahan minyak, dari kapal kargo Kuala Mas yang tenggelam tak jauh dari lokasi garapan rumput lautnya.
Sejak kapal kargo Kuala Mas tenggelam pada 22 Desember 2024, kehidupan para petani rumput laut di Desa Bolok berubah drastis. Tumpahan oli dan minyak yang mencemari perairan sekitar menyebabkan pertumbuhan rumput laut terhambat, bahkan banyak yang mati sebelum bisa dipanen.