WahanaNews-Labuanbajo | Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang melaporkan bahwa jumlah pengiriman sapi ke luar dari Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami peningkatan di tengah mewabahnya penyakit mulut dan kuku atau PMK di beberapa daerah di Indonesia.
"Saat ini justru permintaan pengiriman sapi dari NTT mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pada saat sebelum PMK. Dan naiknya sekitar 20 persen," kata Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang, Yulius Umbu H di Kupang, Sabtu (28/5/2022).
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Salurkan Bantuan ke 7 Posko Erupsi Gunung Lewotobi
Ia merincikan, pada saat sebelum adanya PMK jumlah pengiriman sapi keluar dari NTT hanya mencapai 1.742 ekor. Namun kini saat adanya PMK jumlah pengiriman sapi justru mencapai 2.759 ekor.
Yulius Umbu mengatakan bahwa pengiriman sapi dari NTT ke sejumlah daerah di Indonesia hingga saat ini masih terus dilakukan karena memang banyaknya permintaan dan NTT sebagai salah satu provinsi pemasok sapi hingga kini bebas dari PMK.
"Karena itu kita kerja keras hingga saat ini mencegah jangan sampai ternak dari daerah terpapar PMK masuk ke NTT, " ujar dia.
Baca Juga:
Ketum Bhayangkari Juliati Sigit Prabowo, Salurkan Bantuan Untuk Pengungsi Erupsi Lewotobi
Kini sudah ada satgas yang dibentuk oleh Gubernur NTT Viktor B Laiskodat yang terdiri dari Balai Karantina Pertanian, KSOP, TNI Polri serta sejumlah instansi terkait lainnya seperti Dinas Peternakan NTT.
Satgas yang dibentuk itu bertugas untuk mencegah masuknya hewan ternak dari daerah tertular termasuk produk olahan atau kemasan dari hewan berkuku belah, seperti sosis sapi, babi, kambing dan lainnya.
Yulius juga mengatakan bahwa selain mencegah masuknya produk olahan hewan berkuku empat, Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang juga rutin memeriksa kesehatan sapi yang disiapkan untuk dikirim.
Ia pun berharap agar tidak ada kasus PMK di NTT ini sehingga tidak berdampak pada penjualan sapi, atau ternak lainnya. [jat]