NTTWAHANANEWS.CO —Di Taman IMPEKMA Keuskupan Maumere, sebuah saung bambu sederhana berdiri tenang menantang malam. Di bawah cahaya lampu putih yang menggantung di atap ilalang, lima orang tampak duduk melingkar, larut dalam sebuah percakapan serius namun penuh kehangatan. Suasana itu tampak seperti pertemuan keluarga, tetapi sesungguhnya adalah rapat koordinasi final jelang perayaan besar: Dies Natalis ke-4 Vox Point Indonesia Sikka.
Malam itu, hawa sejuk Maumere tidak menghalangi semangat para pengurus. Di meja bambu di depan mereka, kertas-kertas agenda tersusun, sementara obrolan mengalir tentang kesiapan, harapan, dan mimpi empat tahun perjalanan Vox Point Sikka. Dalam suasana yang setengah santai, setengah resmi, mereka memastikan bahwa perayaan yang digelar besok, 5 Desember 2025, berjalan penuh makna.
Baca Juga:
Mahfud MD ke Flores, Ini Rangkaian Kegiatan Menko Polhukam
Dari Saung Bambu, Lahir Ide dan Harapan Baru
Rapat malam itu seakan menjadi simbol perjalanan Vox Point Sikka: sederhana, bersahaja, tetapi penuh komitmen. Tidak ada ruangan mewah, tidak ada fasilitas berlebih—yang ada hanya tekad untuk menghadirkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Yang terpenting adalah keterlibatan semua pengurus,” kata Ketua Vox Point Sikka, Raf Martin, S.T.
Ia berbicara dengan nada tegas namun hangat. Dalam pandangannya, perjalanan empat tahun ini adalah momentum yang harus dirayakan bukan dengan kemegahan, melainkan dengan kedalaman makna.
Baca Juga:
Ditinggal Suami, Seorang Wanita di Sikka Perkosa Bocah Lelaki
Raf menegaskan bahwa kegiatan Dies Natalis tahun ini sengaja dikemas dalam suasana santai dan sederhana agar siapa pun bisa berpartisipasi. Bukan hanya para pengurus, tetapi juga anak-anak muda Sikka yang sedang tumbuh dengan mimpi besar untuk gereja dan bangsa.
Mengawali Perayaan dengan Literasi: Pesan Natal untuk Para Pemimpin
Di antara seluruh rangkaian acara, terdapat satu agenda yang paling mencuri perhatian: Lomba Menulis Pesan Natal untuk Para Pemimpin — sebuah kegiatan literasi yang dirancang untuk mendorong generasi muda Sikka lebih berani menyuarakan gagasan.
“Anak muda harus berkontribusi. Mereka perlu dilatih menjadi pribadi yang tidak bermental instan,” ujar Raf.
Ini bukan sekadar lomba biasa. Pesan Natal yang ditulis akan menjadi refleksi suara masyarakat muda, ditujukan bagi pemimpin pemerintahan maupun para pemimpin religius. Sebuah ruang hening, namun penuh makna, agar suara-suara kecil dapat sampai ke telinga para penanggung jawab besar.
Empat Tahun, Jejak yang Sudah Nyata
Jika usia organisasi ini digambarkan sebagai manusia, maka Vox Point Sikka masihlah anak kecil berusia empat tahun. Namun menurut Petrus Plain Nenang, Sekretaris Vox Point Sikka, anak kecil ini telah berlari jauh.
“Kami masih seumur jagung, tapi karya kami sudah menggetarkan bumi Nian Sikka,” ujarnya dengan bangga namun tetap rendah hati.
Ia kemudian mengurai jejak karya yang pernah dilakukan Vox Point Sikka:
Aksi PEKA (Peduli Kasih) yang mendistribusikan 65 ton beras ke berbagai penjuru Sikka,
Program pendidikan politik untuk masyarakat,
Kegiatan rekoleksi, penguatan iman, dan pelatihan kepemimpinan,
Respons cepat untuk korban gempa dan kebakaran,
Hingga berbagai kegiatan karitatif yang tidak selalu terdengar tetapi sangat dirasakan manfaatnya.
Semua itu, kata Petrus, dilakukan tanpa gemerlap. Tidak ada publikasi berlebih, karena mereka percaya bahwa kerja sosial adalah soal kehadiran dan keutuhan hati, bukan soal sorotan kamera.
Tokoh-Tokoh Penting Hadir di Perayaan, Tanda Kekuatan Jaringan
Perayaan Dies Natalis ke-4 ini juga akan dihadiri oleh para tokoh penting Kabupaten Sikka:
Mantan Wakil Bupati Sikka, Romanus Woga,
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Sikka, Petrus Herlemus,
Sekretaris Dewan Pembina, Anjebertus Magnus,
Pastor Moderator, RD. Dr. Rikardus Muga Buku,
Para pembina dan dewan pakar Vox Point Indonesia Sikka.
Kehadiran mereka bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk pengakuan bahwa Vox Point Sikka telah menjadi mitra pemikiran dan ruang refleksi bagi masyarakat.
Sikka yang Lebih Baik, Mimpi yang Ingin Diperjuangkan
Vox Point Sikka lahir dari keinginan untuk menghadirkan ruang diskusi, edukasi, dan advokasi moral bagi gereja dan masyarakat. Dalam empat tahun, mereka telah membuktikan bahwa organisasi ini mampu menjadi jembatan antara nilai, aksi, dan kepemimpinan.
“Semoga Vox Point ke depan menjadi katalisator,” ujar Raf Martin.
Katalisator dalam arti: mempercepat perubahan baik tanpa harus berada di panggung utama.
Perayaan Dies Natalis ke-4 ini menjadi momen untuk kembali mengikat komitmen itu. Para pengurus duduk di saung bambu malam itu dengan senyum lelah namun penuh harapan. Mereka menyadari bahwa jalan masih panjang. Tapi mereka juga tahu bahwa gereja dan masyarakat Sikka membutuhkan orang-orang yang mau menyingsingkan lengan baju, bekerja, dan melayani.
Empat tahun hanyalah permulaan.
Dan dari sebuah saung bambu yang sederhana, Vox Point Sikka meneguhkan langkah barunya—melanjutkan karya, memperluas cinta, dan menjadi suara bagi kebaikan di Bumi Nian Sikka.