Dalam bagian sambutannya, Ustadz Mulyanto menyoroti karakteristik Kabupaten Sikka yang dikenal sebagai daerah dengan tingkat toleransi tinggi dan kehidupan sosial yang harmonis di tengah keberagaman agama, suku, dan budaya.
“Kabupaten Sikka tercinta ini adalah tanah yang penuh toleransi, tempat di mana keberagaman tumbuh dalam suasana damai. Masyarakat kita hidup dalam kebersamaan yang berwarna — ada yang berbeda agama, budaya, dan suku, namun tetap saling menghargai dan menghormati,” katanya.
Baca Juga:
Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) ke XI Tingkat Kabupaten Padang Lawas Utara.
Ia menyebut nilai-nilai tersebut sejalan dengan konsep Islam Nusantara yang menjadi ciri khas perjuangan NU: Islam yang ramah, menghargai budaya, menjaga harmoni, dan membawa kedamaian bagi semua.
“Sebagai umat Islam minoritas di tanah Sikka, kita tidak boleh berkecil hati. Justru di sinilah letak keistimewaan kita: menjadi saksi dan pelaku Islam yang teduh, yang tidak memaksa, tetapi mengajak dengan akhlak dan keteladanan,” ungkapnya.
Ustadz Mulyanto juga menekankan pentingnya peran santri Sikka sebagai teladan dalam toleransi, gotong royong, dan kemanusiaan. Ia berharap santri tidak hanya menjadi pelajar agama, tetapi juga motor penggerak sosial yang menebar manfaat bagi sesama anak bangsa.
Baca Juga:
Menko Muhaimin Pimpin Apel Akbar Peringatan Hari Santri di Titik Nol Peradaban Islam Barus
NU sebagai Rumah Besar Umat
Dalam kesempatan yang sama, Ketua PCNU Sikka mengajak seluruh elemen NU — pengurus cabang, lembaga, Banom, serta masyarakat umum — untuk terus menghidupkan nilai-nilai ke-NU-an dan kebangsaan di setiap lini kehidupan.
“Mari jadikan NU sebagai rumah besar yang terbuka untuk semua, sebagai pengayom umat dan penebar rahmat di bumi Sikka,” tegasnya.