WahanaNews-NTT | SMA Swasta Katolik Bhaktyarsa (SMABHAK) Maumere kembali mengukir sejarah tahunan dengan menggelar wisuda bagi 111 lulusan angkatan ke-6 tahun ajaran 2022/2023.
Acara yang berlangsung di aula Santa Theresia Avila, Sabtu (13/05/2023) ini dibuka langsung oleh Kepala SMA Bhaktyarsa Maumere, Sr. Marselina Lidi, SSpS.
Baca Juga:
2 Tahun Tunggak, Pemda Sikka Cabut Persetujuan Sewa Lahan Tugu Tsunami
Dalam laporannya, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum sekaligus bertindak sebagai ketua panitia, Petus Affendi menyampaikan, wisuda lulusan angkatan ke-6 ini menjadi momentum yang sangat membahagiakan karena menjadi puncak dari semua proses belajar belajar para peserta didik yang ditunggu-tunggu selama ini.
“Alasan mendasar kami memandang perlu menggelar prosesi wisuda karena sejak Tahun Pembelajaran 2017/2018 kita sudah memulai mewisudakan angkatan perdana yang lulus 2 tahun sebanyak 23 peserta didik (PD) yang waktu itu dikukuhkan oleh Sr. Kepala Sekolah disaksikan Kepala Dinas Provinsi NTT, ibu Yohana Lisapally. Hal baik ini terus terukhir sejarahnya setiap tahun, dan hari ini wisuda angkatan ke-6,” ujar pria yang biasa disapa pa Fendy ini.
Baca Juga:
Diduga Tak Kantongi Ijin Karantina, Polda NTT dan Polres Rote Ndao Diminta Pastikan Proses Hukum Bagi Pengusaha "Jahil" Perdagangan Sirip Hiu dan Teripang
Sebagai Sekolah Penyelenggara Sistem Kredit Semester (SKS) lanjut Fendy, tentunya ini menjadi ciri khas yang berbeda, bukan soal untuk gaya atau kelihatan keren, namun karena pihaknya melihat bahwa, wisuda ini sebagai bentuk apresiasi tertinggi atas kerja keras peserta didik dan juga orang tua/wali yang sangat luar biasa selama 3 dan 4 tahun, tandasnya.
“Dari semua lulusan yang berproses terdapat 109 siswa yang lulus 3 tahun, sedangkan 2 PD yang lulus 4 tahun. Mereka sudah membuktikan dirinya adalah pribadi yang sudah berjuang keras selam ini karena sudah melewati semua tahapan panjang sesuai kriteria kelulusan,” ketus Fendy.
Lebih lanjut kata Fendy menguraikan kembali implementasi SKS di SMA Bhaktyarsa Maumere mulai dari proses awal peserta didik masuk mendaftarkan diri, melalui prosedur psikotes, wawancara, pengisian Kartu Rencana Studi (KRS), kemudian melewati proses di kelas.
Dijelaskan bahwa, SKS tidak mengenal sistem tahan kelas, karena kenaikan kelas otomatis, dan tidak ada ujian semester. Setiap 3 sampai 6 bulan PD boleh mengambil KHS (Raport-Red) sesuai ritme belajar masing-masing.
Beban belajar maksimal yang harus ditempuh adalah 266 SKS yang dapat diselesaikan dalam waktu 2 sampai 4 tahun tergantung progres belajar masing-masing peserta didik,” tambah Fendy.
Dalam perkembangannya lanjut Fendy menuturkan, pada tahun pembelajaran 2022/2023, kurikulum kita beralih ke Kurikulum Merdeka untuk elas X yang sebetulnya secara prinsip, rohnya mengadopsi kurikulum SKS.
Fendy menjelaskan, setelah menyelesaikan beban belajar peserta didik jugs melewati proses pengerjaan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Proses KTI diawali dengan pembagian kelompok maksimal 2 orang. Ada yang memili mandiri/sendiri tergantung pilihannya.
Orang tua/wali peserta didik SMAS Bhaktyarsa lulusan angkatan ke-6 (Foto: Frans Dhena)
“Mereka dibekali tambahan ilmu yakni Muatan Lokal khusus Metodologi Penelitian. Anak-anak kita mulai bergelut dengan KTI sejak awal semester 1 mulai dari pengajuan judul, proposal penelitian, pelaksanaan penelitian sampai pada seminar hasil penelitian,” ujarnya.
Hasil penelitian lanjut Fendy, dalam bentuk makalah diubah menjadi Artikel Ilmiah yang tulisannya dibukukan bekerja sama dengan penerbit Cipta Pustaka Utama, sebuah penerbit yang terdaftar resmi di IKAPI dan Perpusnas.
“Ini merupakan tahun kedua kerja sama dengan penerbit. Kedepannya kami akan mengembangkan tulisan anak-anak bukan lagi menjadi buku kumpulan, tetapi artikel mereka diterbitkan di Jurnal dengan menyertakan penulis tambahan adalah guru pembimbing mereka,” pungkas Fendy sembari menyampaikan dari data ilmiah yang terdata sebanyak 59 Karya yang sudah lolos cek plagiasi/kemiripan. 3 artikel sudah diselesaikan tahun lalu.
Setelah melewati prose KTI selanjutnya peserta didik mengikuti Ujian Sekolah. Ujian sekolah tahun ini ujar Fendy dikemas dalam bentuk yang bervariasi gabungan antara tes tulis dan praktik.
Lebih dari itu, Fendy menjelaskan bahwa tak kalah penting, selain proses akademik, proses non akademik pun dipastikan berjalan sebagaimana mestinya. “Anak-anak kita memilik bakat, minat, dan kemampuan di bidang non akademik yang luar biasa,” imbuhnya sembari menyebut kegiatan non akademik yang dikembangkan di sekolah tersebut.
Terhadap kontribusi peserta didik dalam mengembangkan minat dan bakat melalui kegiatan non akademik ini, maka pihak sekolah perlu memberikan apresiasi mendalam kepada peserta didik yang sudah berpartisipasi dalam berbagai event dan ekstrakurikuler. “Kalian pantas diberikan penghargaan yang nantinya akan menjadi bekal yang dibawa kelak menuju pendidika Anda lebih lanjut,” ucap Fendy.
“Kalian sudah melewati suatu proses yang sangat panjang dan sangat melelahkan serta membutuhkan banyak energi, tenaga, pikiran, bahkan air mata. Kita bersyukur karena kalian sudah bisa melewati semuanya itu,” tutup Petrus Affendy. [frs]