Diakuinya bahwa dalam kasus seperti ini sebagian besar orang sering menyalahkan korban maupun stigma dan hal lainnya. Sehingga diharapkan kegiatan ini dapat memberikan manfaat lebih dan para guru PPA dapat membantu korban supaya merasa aman dan cepat pulih dari masalah psikologis yang dialami setelah peristiwa tersebut.
Menurut dia tindakan awal yang harus dilakukan oleh para guru PPA atau pendamping korban kekerasan seksual seperti, memberikan Dukungan Psikologis Awal (DPA) dengan prinsipnya yakni melihat, mendengar dan menghubungkan serta menghidupkan.
Baca Juga:
Ibu dan Anak Meninggal di RSUD Pantura MA Sentot Indramayu Diduga Korban Malpraktik
"Kami ajarkan prinsip-prinsip itu bagi mereka, bagaimana dengar dengan baik, lihat apa-apa saja yang dialami korban dan hubungkan informasi yang tepat kepada pihak-pihak yang terlibat, terutama kepada korban seksual," ujarnya.
Kata dia, sasaran dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah para guru PPA di Rote Ndao.
"Ada 20 guru PPA yang menjadi peserta dalam kegiatan kami ini," sebutnya.
Baca Juga:
Desa Payung Raih Juara I dalam Lomba Penanganan dan Pencegahan Stunting Tingkat Kecamatan
Lanjut disampaikan bahwa, materi yang diberikan seperti bentuk kekerasan seks, dampak-dampak seks terhadap korban, hingga bentuk-bentuk antisipasi saat bertemu atau berkomunikasi dengan korban.
"Kami juga ajarkan cara-cara berhadapan denyan korban dan berikan metode untuk deteksi gejala psikologis terhadap korban," jelasnya.
Selain memberikan materi, tim psikolog dari FKM Undana Kupang ini memberikan permainan berkaitan dengan pengenalan dan penanganan kekerasan seksual terhadap anak.