NTT.WahanaNews.co.Ngada| Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngada melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan baru saja melaunching kegiatan Optimasi Lahan (OPLAH) Non Rawa.
Untuk menyukseskan kegiatan ini, Kementerian (Kementan) RI tidak segan-segan menggelontorkan dana sebesar Rp 6 miliar lebih.
Baca Juga:
Ketergantungan Fiscal dari Pusat Dinilai Masih Tinggi, Fraksi PKB Minta Pemda Ngada Cari Solusi
Dana ini, akan didistribusikan langsung ke rekening masing-masing kelompok tani/P3A. Terdapat 33 kelompok tani/P3A di Kabupaten Ngada yang mendapatkan program ini.
Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ngada, Fabianus Sebastianus Pesek.
Baca Juga:
Dinilai Layak oleh Kementerian Kebudayaan RI, Ngada Dipilih Jadi Tuan Rumah Festival Gayain 2025
Meski mendapatkan dana miliaran rupiah, namun masih ditemukan adanya hambatan ditengah gencarnya pemerintah pusat mendorong terwujudnya swasembada pangan berkelanjutan.
Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ngada, Fabianus Sebastianus Pesek mengungkapkan hal itu dalam laporannya pada saat Launching kegiatan Optimasi Lahan Non Rawa (OPLAH Non Rawa) bertempat di kelompok tani Wirase, Desa Loa, Kecamatan Soa, Selasa (14/10/25).
Pria yang akrab disapa Fabi Pesek ini membeberkan sejumlah hambatan dalam mendukung swasembada pangan di Kabupaten Ngada.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Ahmad Yohan didampingi Wakil Bupati Ngada, Bernadinus Dhey Ngebu saat melakukan pemukulan gong menandai Launching OPLAH Non Rawa di Kabupaten Ngada.
Pertama, Optimalisasi Lahan Tadah Hujan. Masih terdapat kurang lebih 2.760 hektar lahan sawah tadah hujan yang belum dioptimalkan.
Untuk itu kata Fabi, sangat sangat mengharapkan dukungan program pembangunan embung pertanian dan sumur bor tanah dalam, guna menunjang ketersediaan air bagi lahan pertanian tersebut.
Kedua, Akses Jalan Menuju Kantong Produksi Pertanian. Fabi Pesek bilang, akses jalan menuju kantong produksi pertanian banyak yang rusak. Kondisi ini menjadi kendala dalam distribusi dan pengangkutan hasil pertanian serta cukup sulit dalam mobilitas alat dan mesin pertanian.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan peningkatan jalan usaha tani menuju kantong-kantong produksi yang ada.
Ketiga, Alat/Mesin pembukaan lahan dan peralatan akomodasi Alsintan. Menurut dia, masih membutuhkan bantuan peralatan berupa Mini Excavator untuk membuka lahan baru dan Truk Tronton kapasitas sedang guna mengabgkut traktor brigade dan peralatan mesin pertanian lainnya menuju lokasi kebun/sawah petani yang cukup jauh, sehingga mengurangi resiko penyusunan peralatan dan kecelakaan di perjalanan.
Keempat, Modernisasi Kegiatan Pasca Panen. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan pasca panen, khususnya pada komoditas padi, masih berharap adanya bantuan Combine Harvester untuk mendukung proses panen padi sawah yang lebih modern dan efisien, tandas Fabi.
Kelima, Keterbatasan Tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Fabi merincikan, jumlah tenaga PPL di Ngada saat ini berjumlah 69 orang, terdiri atas 29 orang PNS, 28 orang PPPK, dan 12 orang CPNS yang harus melayani 206 Desa/Kelurahan di Kabupaten Ngada.
Rasio jumlah penyuluh terhadap Desa/Kelurahan yang tidak sebanding ini pungkas Fabi, berdampak pada kurang optimalnya kegiatan pendampingan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian.
Sangat diharapkan adanya penambahan tenaga penyuluh atau dukungan program untuk memperkuat fungsi penyuluhan di lapangan, tutup Fabi Pesek. [frs]