Akses jalan yang berbukit serta belum dilapisi aspal membuat tidak semua jenis kendaraan bisa mengantar material listrik. Sehingga untuk mengirim material listrik diperlukan kendaraan khusus.
Hanya kendaraan berpenggerak empat roda yang mampu menerabas medan tersebut. Masyarakat setempat menjuluki kendaraan tersebut Panser.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
"Di sana itu, tiang kita kirim dari Kupang ke pulau Alor, trus kemudian transport ke lokasi desa terdekat untuk menuju lokasi itu kita harus menggunakan angkutan modifikasi yang masyarakat punya. Mereka menyebutnya kendaraan Panser, mereka modif, pasang peralatan yang membuat tiang kita itu bisa diikat di atasnya," ujar Cahyo dikutip dari detikcom.
Selain itu, lanjut Cahyo, kendala bagi para petugas dalam mengalirkan listrik hingga ke pelosok adalah faktor cuaca. Tentunya kondisi ini membuat jalanan licin, bahkan berlumpur sehingga semakin sulit untuk dilewati.
"Sarana prasarana di NTT itu yang kurang, jadi jalan yang masih tanah berbatu, sungai yang tidak ada jembatan itu banyak," tambah Cahyo.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Cahyo mengatakan pekerjaan yang dilakukannya bersama tim dalam melistriki pelosok desa memang berat. Namun, jerih payah itu seolah terbayarkan saat ia melihat kebahagiaan masyarakat yang mendapatkan listrik.
"Memang kalau dari sisi pekerjaan berat, tetapi yang menyenangkan bagi kami bagi petugas proyek listrik pedesaan itu adalah kalau kita sudah selesai dan melihat kebahagiaan mereka yang luar biasa. Kemarin begitu dinyalakan serentak, itu luar biasa menyenangkan kita," tandasnya. [dny]