Persoalan kurangnya kapasitas bandara itu, menurut dia, bisa beranak menjadi persoalan lain, misalnya pelayanan hingga keamanan penumpang.
Untuk itu, diperlukan pembangunan bandara guna menambah kapasitas tersebut.
Baca Juga:
Oleh-oleh Khas Nusantara Kini Ada di Vending Machine Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta
Untuk pembangunan tersebut, ia mengatakan perseroan tidak menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara maupun Penyertaan Modal Negara, melainkan menggunakan pendanaan internal dan eksternal melalui kredit sindikasi perbankan dan obligasi.
Faik mengatakan perkara utang menjadi masalah setelah kinerja keuangan perusahaan tak kunjung pulih akibat pandemi Covid-19.
Akibatnya, utang tersebut berpotensi meningkat lebih buruk lagi apabila tidak dilakukan upaya penyehatan atau restrukturisasi.
Baca Juga:
PT Angkasa Pura Bangun PLTS di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang
"Karena dampak signifikan akibat pandemi, kami berupaya melakukan penyehatan atau restrukturisasi, yang meliputi restrukturisasi finansial, operasional, penjaminan dan fund raising, serta kami melakukan transformasi bisnis dan optimalisasi aset," ujar Faik.
Ia pun mengatakan utang yang ditarik Angkasa Pura 1 tidak ke mana-mana alias menghasilkan aset yang meningkat signifikan. Pada 2017, aset perseroan tercatat Rp 24,7 triliun.
Sementara itu, di 2022, aset perusahaan diprediksi meningkat menjadi Rp 47,3 triliun, atau naik sekitar Rp 23 triliun. [dny]