NTT.WahanaNews.co-Sikka| Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sikka menggelar Lokakarya 7 bagi Guru Penggerak angkatan 9, Sabtu (27/4/2024) di aula Mardiwiyata Maumere.
Kepala Bidang GTK PKO Sikka sekaligus penanggung jawan Program Pendidikan Guru Penggerak, Alfred Miraflores dalam laporan panitia menjelaskan, Guru Penggerak merupakan program pendidikan dari pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru dimana hadirnya guru penggerak diharapkan mampu menggerakkan komunitas belajar.
Baca Juga:
Sekda HSU Adi Lesmana: Program Pendidikan Guru Penggerak Penting untuk Meningkatkan Mutu
Guru penggerak merupakan program merdeka belajar episode kelima dari Kemendikbudristek yang mulai dilaksanakan pada tahun 2020, ujar pria yang akrab disapa Alfred ini.
Prinsip Guru Penggerak adalah kata Alfred mendorong upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah maupun diluar sekolah menggunakan pendekatan andragogi dan blended learning.
Metode pembelajaran yaitu menggunakan metode pelatihan dalam jaringan atau belajar daring, lokakarya dan pendampingan individu. Pendampingan individu dilakukan di sekolah CGP dan pendampingan kelompok melalui kegiatan Lokakarya, tandasnya.
Baca Juga:
76 CGP Angkatan 10 Gelar Festival Panen Hasil Belajar
Dijelaskan bahwa, pendampingan individu bertujuan untuk membantu Calon Guru Penggerak (CGP) menerapkan hasil pembelajaran daring sehingga CGP mampu:
Mengembangkan diri sendiri dan juga guru lain dengan cara melakukan refleksi, berbagi dan kolaborasi.
Memiliki kematangan moral, emosional, dan spiritual untuk berperilaku sesuai kode etik.
Merencanakan, menjalankan, merefleksikan, dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan melibatkan orang tua.
Berkolaborasi dengan orangtua dan masyarakat untuk mengembangkan sekolah dan membentuk kepemimpinan siswa.
Mengembangkan dan memimpin upaya untuk mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada siswa dan relevan dengan kebutuhan masyarakat di sekitar sekolah.
Sedangkan pendampingan melalui Lokakarya bertujuan untuk lanjut Alfred, meningkatkan keterampilan CGP untuk menjalankan perannya; menjejaringkan CGP di tingkat Kabupaten/Kota; menjadi ruang diskusi dan pemecahan masalah yang dihadapai oleh CGP dan meningkatkan keterlibatan pemangku kepentingan di tingkat sekolah dan Kabupaten/Kota.
Laporan pelaksanaan pendampingan individu dan Lokakarya pendidikan Guru Penggerak dilaksanakan dengan baik dan terarah, maka perlu dilaksanakan fungsi kontrol sebagai bahan laporan yang akan digunakan oleh Balai Guru Penggerak (BGP) sebagai bentuk pertanggung jawaban akifitas pendampingan individu dan Lokakarya, jelas Alfred.
Lebih lanjut Alred mengatakan, Guru Penggerak mempunyai peran dan tugas yakni, mendorong komunitas belajar bagi rekan guru di sekolah dan lingkungannya; menjadi pengajar praktik bagi rekan guru lain untuk pengembangan pembelajaran di sekolah.
Memacu peningkatan kepemimpinan siswa di sekolah; menciptakan ruang diskusi positif dan kerjasama antar guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta menjadi pemimpin pendidikan yang memacu kesejahteraan ekosistem pendidikan di sekolah.
Menurut Alfred, ada banyak keuntungan yang bisa didapat oleh calon Guru Penggerak, baik selama proses pendidikan maupun setelah program selesai.
Keuntungan itu antara lain ungkap dia, calon Guru Penggerak dapat memperbaiki kemampuannya sebagai pemimpin pembelajaran yang memprioritaskan kepentingan murid. Selama program, calon Guru Penggerak akan dibimbing oleh instruktur, fasilitator, dan pengajar praktik yang berpengalaman.
Untuk menjadi guru Penggerak tutur Alfred, seseorang harus mengikuti program pendidikan selama 6 (enam) bulan. Selama program berlangsung para peserta akan mendapatkan manfaat sebagai berikut :
Peserta akan belajar dan meningkatkan kompetensinya sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid melalui Lokakarya bersama.
Pengalaman belajar mandiri dan kelompok, bimbingan/mentoring dari pengajar praktik (pendamping, dan memperoleh komunitas belajar baru).
Setelah selesai program, peserta akan menerima sertifikat pendidikan 310 JP Guru Penggerak.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Merdeka Belajar episode kelima dari Kemendikbudristek RI, maka BGP Provinsi NTT bersama Pemerintah Kabupaten Sikka mendukung dan memfasilitasi pelaksanaan Program Pendidikan Guru Penggerak sejak angkatan 1, terang Alfred.
Hal ini lanjut dia, dibuktikan dengan adanya Tenaga Pendidikan (Guru) yang mengabdi pada sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Sikka terlibat dalam Program Guru Penggerak angkatan 1, angkatan 4, angkatan 7, angkatan 8, angkatan 9 dan angkatan 10.
Alfred menyebutkan, guru pada angkatan 1, 4, 7 dan 8 sudah mendapatkan sertifikat Guru Penggerak, sedangkan pada angkatan 9 dan 10 sedang dalam proses pendidikan sebagai CGP.
Total keseluruhan Guru Penggerak pada angkatan 1 sampai 10 adalah sebanyak 319 orang. Dari 319 orang ini yang berstatus sebagai Guru Penggerak dan sudah mendapatkan sertifikat Guru Penggerak sebanyak 157 orang (angkatan 1, 4, 7 dan 8), sedangkan Calon Guru Penggerak yang sedang dalam proses pendidikan sebanyak 162 orang (angkatan 9 dan 10).
“Dari 162 orang CGP pada angkatan 9 terdapat 2 orang CGP mengudurkan diri karena alasan tertentu, sehingga masih tersisa 160 orang CGP dengan rincian 84 orang CGP angkatan 9 dan 76 orang CGP angkatan 10,” papar Alfred Miraflores.
Sementara itu, Kepala Balai Guru Penggerak Provinsi NTT, Wirman Kasmayadi dalam sambutannya menyampaikan Program Guru Penggerak sebagai bagian dari rangkaian kebijakan Merdeka Belajar episode kelima didesain untuk mempersiapkan guru-guru terbaik untuk menjadi pemimpin pembelajaran.
Melalui aktifitas pembelajaran kata Wirman, aktifitas pembelajaran para kandidat pemimpin pembelajaran masa depan diharapka dapat memiliki kompetensi dalam pengembangan diri dan orang lain, pengembangan pembelajaran, manajamen sekolah, serta pengembangan sekolah.
Harapannya ketus Wirman, selain nantinya menjadi pemimpin unggul, juga dapat menjamin mutu pendidikan di Satuan Pendidikan, dimana keberpihakan pada murid selalu menjadi orientasi utama. “Perlu diingat bahwa, selama mengikuti pembelajaran di Program Pendidikan Guru Penggerak, guru tetap menjalankan perannya di sekolah sekaligus menerapkan pengetahuan,” pungkasnya.
Lebih lanjut Wirman menuturkan, BGP Provinsi NTT mengelola Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) angkatan 9 dalam dua model yakni, PGP Reguler di 21 Kabupaten/Kota dengan jumlah peserta hingga Lokakarya 7 ini sebanyak 1.171 CGP dengan jumlah fasilitator sebanyak 87 orang dan Pengajar Praktik sebanyak 229 orang serta PGP Daerah Khusus (Dasus) di Kabupaten Sumba Tengah dengan jumlah peserta hingga saat ini sebanyak 23 CGP dengan fasilitator Dasus sebanyak 3 orang.
Wirman mengatakan, pendekatan pembelajaran juga tetap menggunakan siklus inkuiri yang syarat dengan refleksi dan praktik langsung. Salah satu rangkaian kegiatan PPGP adalah Lokakarya 7, yaitu Panen Hasil Belajar yang bertujuan;
CGP dapat menejelaskan proses yang dialami dan praktik baik yang didapatkan dalam mengembangkan program yang bedampak pada murid.
CGP dapat menjelaskan saran untuk pengembangan progran dari para pengunjung.
CGP dapat membagikan hasil pembelajaran selama 6 bulan dan dampaknya terhadap diri kepada undangan Lokakarya (Kepala Sekolah, Dinas Pendidikan, Komunitas Daerah).
Lokarya 7 ini dilaksanakan selama dua hari, dimana lanjut Wirman pada hari pertama CGP melaksanakan kegiatan Kelas Berbagi CGP melalui aktivitas kelompok bersama Pengajar Praktik selama 3 JP. Sedangkan di hari kedua, CGP melaksanakan Pameran Hasil Panen selama 5 JP.
“Terimakasih kami sampaikan kepada Penjabat Pemda, Kepala Dinas beserta jajarannya, para Pengawas, Kepala Sekolah, Komunitas Belajar dan seluruh elemen yang telah berperan serta mendukung pelaksanaan Program Pendidikan Guru Penggerak angkatan 9 hingga Lokakarya 7 dan semoga seluruh CGP yang mengikuti PPGP angkatan 9 dapat lulus dan memperoleh Sertifikat Guru Penggerak, “ ungkap Wirman. [frs]