WahanaNews-NTT | Salah seorang Netizen dalam Group Facebook Ngada Bangkit (NB), Ayu Faraningsih menilai bahwa pemanfaatan Dana Stimulan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI dalam pelaksanaan Festival Wolobobo tidak jelas seperti mau bermain kucing-kucingan dengan publik.
Hal ini terlihat jelas dalam postingannya di Group Ngada Bangkit yang berhasil dikutip oleh WahanaNews-NTT.co, Senin (04/07/2023).
Baca Juga:
Kemenparekraf Dukung Pelaksanaan Pusbatara Run 2024
Dalam postingan tersebut, Netizen dengan nama Akun Ayu Faraningsih ini menulis tentang Festival Wolobobo 2023 yang isinya adalah, dalam laporan ketua panitia dilaporkan bahwa Festival Wolobobo 2023, anggarannya bersumber dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Namun, besaran anggarannya tidak disebutkan.
Lebih lanjut masih dalam postingan di Group Ngada Bangkit, Netizen ini menulis mau main kucing-kucingan dengan publik seperti stimulan anggaran dari Kemenparekraf seperti Festival Wolobobo tahun lalu. Besara pemanfaatannya serta pelaporannya seperti apa tidak jelas. WASPADALAH.. Sedikit lagi P-21.
Hingga berita ini diturunkan, Bupati Ngada, Andreas Paru ketika dikonfirmasi WahanaNews-NTT.co melalui pesan WhatsApp belum memberikan keterangan.
Baca Juga:
MenEkraf: "D-Futuro Futurist Summit 2024" Lahirkan Gagasan dan Inovasi Perkuat Ekraf
Wartawan kemudian mencoba melakukan konfirmasi kepada Wakil Bupati Ngada, Raymundus Bena, melalui WhatsApp, juga belum memberikan keterangan.
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Kabupaten Ngada terus berkomitmen menyelenggarakan Festival Wolobobo sebagai sarana untuk memperkenalkan potensi yang ada di daerah tersebut.
Selain memperkenalkan Potensi Daerah, Event Pemerintah Daerah yang dikenal dengan Wolobobo Ngada Festival ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu moment untuk nama Ngada dalam peta Agro maupun Heritage Nasional-Internasional.
Wakil Bupati Ngada, Raymundus Bena ketika dikonfirmasi WahanaNews-NTT.co, Jumat (30/06/2023) mengatakan, Wolobobo Ngada Festival (WNF) tahun 2023 ini mengusung tema: KOPI, BAMBU dan TENUN.
Tema ini dipilih untuk menampilkan kekayaan alam dan budaya Ngada yang telah lama menjadi identitas daerah dan menempatkan nama Ngada dalam peta agro maupun heritage nasional-internasional. Kopi, Bambu, dan Tenun, sebagai sintesa untuk mempertegas branding daerah Ngada.
Menurut Raymundus Bena, tiga elemen ini menjadi kekuatan dan merupakan kekayaan alam budaya yang mengharumkan nama Ngada di kanca nasional maupun internasional. Terlepas dari 3 tema, Wolobobo Ngada Festival 2023 juga merupakan kesempatan untuk mengangkat kerja-kerja kreatif para pegiat UMKM Ngada, juga wirausahawan di sektor Tani, Ternak, Nelayan, dan Pariwisata.
Lebih lanjut jelas Raymundus Bena, untuk membranding Daerah, kita tentu harus melihat juga dengan positioning daerah lain di Flores agar bisa menjadi pembeda dan memiliki karakter yang kuat. Ngada memposisikan diri sebagai destinasi dataran tinggi yang menjadi kekuatan dengan menjual kota yang paling dingin di Flores.
Untuk memposisikian sebagai kota terdingin maka kata Raymundus Bena, harus didukung dengan produk lainnya untuk memperkuat branding sebagai destinasi dataran tinggi seperti kopi, bambu gunung dan Kebun Raya Wolobobo sebagai bukit di awan yang membedakan kita dengan destinasi yang ada di tempat lainnya. [frs]