Menurut Kemenkeu, lebih dari 90 persen kenaikkan nilai subsidi itu berasal dari alokasi LPG 3 kg yang disebabkan oleh kesenjangan antara harga jual eceran (HJE) dengan harga keekonomian yang berlanjut melebar didorong harga minyak mentah dunia.
Beban subsidi LPG 3 kg juga makin lebar akibat fluktuasi harga minyak mentah dunia hingga pertengahan tahun ini. Adapun harga keekonomian dari gas melon subsidi itu sudah terpaut Rp 15.359 per kilogram dari HJE yang ditetapkan sebesar Rp 4.250 per kilogram pada tahun ini.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
Sementara untuk impor, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan total volume impor gas Indonesia mencapai 6,24 juta ton pada 2021. Angka tersebut naik tipis 1,07 persen dari tahun sebelumnya, sekaligus menjadi yang terbesar dalam 5 tahun terakhir.
Pada 2021 Indonesia mengimpor gas dari Amerika Serikat (AS) seberat 3,78 juta ton. Angka tersebut porsinya melebihi separuh (58,93 persen) dari total impor gas nasional sepanjang tahun lalu.
"Untuk impor gas jelas juga bisa ditekan. Sejauh ini kan impor kita tinggi, subsidinya juga tinggi. Nanti kalau sudah masif (penggunaan kompor induksi), pemerintah harus mengeluarkan Perpres," tutur Agus.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
Kurangi Idle Capacity Listrik PLN
Sementara bagi PLN, lanjut Agus, penggunaan kompor induksi di masyarakat juga bisa menekan beban akibat idle capacity. Dengan kondisi over supply listrik saat ini, Agus menghitung setidaknya PLN harus menanggung beban triliunan rupiah akibat listrik yang belum terserap sepenuhnya.