WahanaNews-Labuanbajo | Masih menghadapi beberapa tantangan, perwujudan daerah tujuan wisata (DTW) super premium di Labuan Bajo, Pulau Komodo dan berbagai daerah lain di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), perlu menjadi perhatian.
Hal itu disampaikan Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores, Shana Fatina, saat berdialog dengan tim tenaga ahli Kantor Staf Presiden (KSP) yang datang melakukan peninjauan lapangan terkait pemulihan pariwisata di NTT, Rabu.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Sebagaimana siaran pers KSP, dia mengatakan isu konektivitas dari dan menuju Labuan Bajo masih menjadi permasalahan.
Misalnya saja, kata dia, harga tiket pesawat dari dan menuju Labuan Bajo masih sangat mahal. Selain itu, rute penyeberangan kapal laut untuk menghubungkan Pulau Flores ke Pulau Lembata, Pulau Rote ke Pulau Sawu, dan Labuan Bajo ke Pulau Sumba juga masih belum tersedia.
Menurut dia, pemerintah perlu mendorong ASDP agar dapat membangun penyeberangan umum antar pulau demi mewujudkan kawasan wisata yang terintegrasi, sekaligus memangkas ongkos logistik pengiriman barang dan perpindahan orang.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
“Labuan Bajo memasok sekitar 85 persen kebutuhan barang dari luar provinsi NTT, sehingga kita ingin memaksimalkan konsumsi produk lokal dari NTT untuk pariwisata ini. Tetapi terbentur di ongkos logistik yang mahal,” katanya.
Sementara itu, daerah tujuan wisata premium Labuan Bajo Flores memiliki tujuh fokus indikator, yakni pelestarian lingkungan, SDM, manajemen perjalanan, sajian masakan, kesehatan, keamanan dan keselamatan, infrastruktur dan amenitas, serta aktivitas.
Dalam bidang SDM, dia mengatakan, perlu ada sosialisasi dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dan masyarakat setempat terkait pentingnya membangun kreatifitas lokal untuk menggairahkan geliat pariwisata Labuan Bajo Flores.