Sebelum bulan November, akuinya, dia mendapat jatah tiap hari 10 (sepuluh) drum. Jatah itu kemudian berkurang amat jauh. Kini pangkalan miliknya hanya dijatahi 3 (tiga) drum saja per-hari.
"Dan 3 drum layani orang yang begitu banyak bagaimana, 'kan tidak mampu to? Begitu minyak sampai, langsung habis dibeli warga yang datang pagi hari. Dan tadi, saya layani masyarakat satu-satu derigen kecil," tuturnya.
Baca Juga:
Pastikan Ketersediaan BBM, Kapolres Dairi Sidak ke SPBU
Terpisah, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bagian (Kabag) Ekonomi Setda Kabupaten Manggarai, Baharuddin Abbas, membenarkan hal tersebut. Dia menyebut terjadinya kelangkaan minyak tanah karena pengurangan alokasi dari Pertamina.
"Jadi memang ada pengurangan. Dari agen-agen bilang bahwa memang ada pengurangan sampai 50 kilo liter," tutur Abbas.
Pengurangan jatah dari Pertamina, demikian Abbas, terjadi sejak awal November 2022. Pengurangan alokasi ini dialami langsung oleh 4 (empat) agen besar di Kota Ruteng, yakni PT Putra Tunggal, PT Flores Agung, PT Wae Telang, dan PT Citra K.S.
Baca Juga:
Antisipasi Antrian Pengisian dan Kelangkaan BBM, Kapolres Sibolga Monitoring Sejumlah SPBU
"Kemarin kita rapat dengan teman-teman agen minyak tanah dengan teman-teman dari Pertamina. Didapatlah kesimpulan bahwa terjadinya kelangkaan ini pertama karena adanya pengurangan alokasi dari pusat,” terang Abbas.
Abbas mengatakan, jatah alokasi minyak tanah ke Depo Pertamina Reok merupakan domain Pemerintah Pusat. Pemkab Manggarai, lanjutnya, akan segera menyurati Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
"Kita lagi proses karena kita lagi kumpul semua data dari agen, yang kurang berapa. Terjadi fluktuasi ini kenapa, kita lihat dulu di lapangan,” pungkasnya. [frs]