WahanaNews-NTT | Krisis minyak tanah dialami oleh warga masyarakat di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, selama hampir 1 (satu) bulan terakhir. Warga mulai mengeluhkan kelangkaan minyak tanah itu sejak awal November 2022.
Keadaan krisis tidak saja menimpa warga di pedesaan. Mereka yang tinggal di perkotaan pun mengeluhkan hal yang sama. Minyak tanah begitu sulit didapat, baik di pengecer maupun pangkalan.
Baca Juga:
Pastikan Ketersediaan BBM, Kapolres Dairi Sidak ke SPBU
"Saya sudah dari tadi pagi cari minyak tanah. Dan barusan saya ke Mbaumuku, namun yang di sana itu tadi sudah habis. Terus sampai di sini pemilik pangkalan mengaku tak ada minyak," ungkap Herlin di Ruteng, Selasa (22/11/2022).
Herlin mengaku kesal karena sudah berkeliling mencari tetapi belum juga mendapatkan minyak tanah. "Ini sebentar bingung, harus cari di mana lagi," ujar warga Desa Bangka Kenda, Kecamatan Wae Rii itu kesal.
Keluhan yang sama juga disampaikan oleh warga Kota Ruteng. Salah seorang warga bernama Tati asal Nekang, Kelurahan Watu, mengatakan tak kunjung memperoleh minyak tanah walau sudah berkeliling menyusuri pelbagai tempat di Kota Ruteng.
Baca Juga:
Antisipasi Antrian Pengisian dan Kelangkaan BBM, Kapolres Sibolga Monitoring Sejumlah SPBU
"Di Nekang sudah keliling semua kios, tapi nihil. Sudah cari sampai di Tenda, Kumba kosong semua. Dan jalan sampai bandara ke bawah, Karot kosong semua. Di pangkalan Efata ini juga habis,” tutur Tati.
Kelangkalan minyak tanah hingga pangkalan dikonfirmasi oleh Belasius Sahusatar, pemilik pangkalan minyak tanah Efata yang berlokasi di Jalan Komodo No.9 Kelurahan Pitak, Kota Ruteng, Kecamatan Langke Rembong.
Sahusatar mengaku kewalahan melayani kebutuhan warga yang datang dari banyak tempat karena jatah minyak tanah untuk pangkalannya berkurang drastis.
Sebelum bulan November, akuinya, dia mendapat jatah tiap hari 10 (sepuluh) drum. Jatah itu kemudian berkurang amat jauh. Kini pangkalan miliknya hanya dijatahi 3 (tiga) drum saja per-hari.
"Dan 3 drum layani orang yang begitu banyak bagaimana, 'kan tidak mampu to? Begitu minyak sampai, langsung habis dibeli warga yang datang pagi hari. Dan tadi, saya layani masyarakat satu-satu derigen kecil," tuturnya.
Terpisah, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bagian (Kabag) Ekonomi Setda Kabupaten Manggarai, Baharuddin Abbas, membenarkan hal tersebut. Dia menyebut terjadinya kelangkaan minyak tanah karena pengurangan alokasi dari Pertamina.
"Jadi memang ada pengurangan. Dari agen-agen bilang bahwa memang ada pengurangan sampai 50 kilo liter," tutur Abbas.
Pengurangan jatah dari Pertamina, demikian Abbas, terjadi sejak awal November 2022. Pengurangan alokasi ini dialami langsung oleh 4 (empat) agen besar di Kota Ruteng, yakni PT Putra Tunggal, PT Flores Agung, PT Wae Telang, dan PT Citra K.S.
"Kemarin kita rapat dengan teman-teman agen minyak tanah dengan teman-teman dari Pertamina. Didapatlah kesimpulan bahwa terjadinya kelangkaan ini pertama karena adanya pengurangan alokasi dari pusat,” terang Abbas.
Abbas mengatakan, jatah alokasi minyak tanah ke Depo Pertamina Reok merupakan domain Pemerintah Pusat. Pemkab Manggarai, lanjutnya, akan segera menyurati Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
"Kita lagi proses karena kita lagi kumpul semua data dari agen, yang kurang berapa. Terjadi fluktuasi ini kenapa, kita lihat dulu di lapangan,” pungkasnya. [frs]