NTT.WahanaNews.co-Sikka| Status Akademi Keperawatan (Akper) Santa Elisbeth Lela tak lama lagi bakal akan diubah menjadi Sekolah Tinggi dengan nama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Santa Elisabeth.
Baca Juga:
Akper Lela Berubah Status, Romo Fidel: STIKES Hadir Menjawabi Ketimpangan Akses Pendidikan Kesehatan
Hal ini tentunya menjadi kabar gembira bagi seluruh masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) dimana saja berada,teristimewa masyarakat Kabupaten Sikka.
Setelah statusnya diubah, STIKES Santa Elisabeth akan membuka 3 Program Studi baru S1 Keperawatan, S1 Fisioterapi dan S1 Informatika Medis.
Demikian pernyataan Direktur Akper St. Elisabeth Lela, Maria K. Ringgi Kuwa ketika memberikan sambutan dalam acara penyerahan 74 Mahasiswa KKN-PKM Akper St. Elisabeth Lela di Aula Kantor Camat Tanawawo, Rabu (24/4/2024).
Baca Juga:
Peringatan Hari Donor Darah Sedunia di Paluta: Aksi Donor Darah dan Deklarasi 'SIGER' oleh Mahasiswa STIKES
“Ini sekedar informasi dari kami. Mungkin sebelum atau setelah penutupan, kami tidak lagi datang dengan nama Akademi Keperawatan. Kami sudah datang dengan nama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan,” ungkap Maria Ringgi.
Dalam sambutannya itu, Maria bahkan mengungkapkan kemungkinan pihaknya akan segera mendapatkan Surat Keputusan (SK). “semoga tanggal 2 Mei ini kami sudah mendapatkan SK,” ujarnya diplomatis.
Kampus Akademi Keperawatan Santa Elisabeth Lela, yang dalam waktu dekat akan diubah statusnya menjadi STIKES.
Maria Ringgi juga memastikan bahwa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Lela ini membuka tiga Program Studi yakni S1 Keperawatan melanjutkan yang saat ini, dan S1 Fisioterapi serta Informatika Medis yang merupakan 2 (dua) Program Studi pertama dan satu-satunya yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Menurut dia, S1 Fisioterapi masih sangat langka di NTT. Maria bahkan membeberkan datanya dengan menyebutkan bahwa jumlah tenaga medis Fisioterapi yang ada di Flores berjumlah 22 orang, sedangkan S1 Fisioterapi berjumlah 4 (empat) orang, dan itu pun hanya ada di Kabupaten Sikka.
“Dari data yang saya ambil saat visitasi, jumlah tenaga fisioterapi dari semua Kabupaten yang ada di Flores paling tinggi hanya 22 orang, itu ada di Kabupaten Sikka dan S1 Fisioterapi hanya 4 orang, yang lainnya masih dengan Diploma (D3).” sebut Maria Ringgi.
Ini masih sangat langka, sebab lanjut Maria Ringgi, tenaga fisioterapi masih sangat banyak dibutuhkan jika melihat kondisi kesehatan yang dialami masyarakat saat ini, salah satunya STROKE. “kalau di rumah sakit mungkin hanya butuh waktu 3 hari, tapi ketika dia butuh waktu 1, 2 atau bahkan 5 tahun yang dibutuhkan adalah tenaga fisioterapi. Jadi ini satu-satunya program studi baru yang ada di NTT,” ketus dia.
Selanjutnya, Program Studi S1 Informatika Medis. Ini juga kata Maria, yang pertama di NTT. Kalau informatika umum itu banyak. Tapi informatika medis di NTT belum ada, baru ada di Santa Elisabeth.
“Jika ada anak yang mau kuliah kesehatan tapi tidak mau menyentuh pasien karena takut, maka dia bisa memilih program studi yang ini. kalau di rumah sakit disebut dengan Rekam Medis. Ini rekam medis murni, dan Prodi ini dikhususkan untuk tenaga rekam medis,” pungkasnya.
Untuk itu, selaku Direktur, Maria K. Ringgi Kuwa meminta dukungan dan doa dari seluruh masyarakat NTT dan khususnya masyarakat Sikka, sehingga Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth ini segera terwujud dan 2 (dua) Prodi tersebut bisa secepatnya dibuka. [frs]