Untuk itu, sebagai langkah awal AWK berupaya menghimpun beberapa kepala desa dan BPD di Kabupaten Sikka yang wilayahnya memungkinkan untuk mengembangkan jagung, sehingga tidak semua desa dan BPD hadir dalam pertemuan dan sosialisasi Dewan Jagung Nasional tersebut.
Lebih lanjut kata AWK, targetnya adalah pertama lahan tidur kita banyak, dan yang kedua kendala yang selama ini dialami oleh para petani kita adalah pasar, sehingga melalui Dewan Jagung Nasional, AWK berharap bisa memfasilitasi para petani penghasil jagung dengan pembeli.
Baca Juga:
Skandal Korupsi di Proyek Peningkatan Ruas Jalan Toba Samosir: Mantan Kadis PUPR dan Rekanan Ditahan
AWK kemudian menyebutkan salah satu perusahaan industri jagung terbesar di Asia Tenggara yang saat ini bermitra dengan Dewan Jagung Nasional yang siap membeli hasil panen jagung para petani, sehingga AWK meminta kepada para petani jagung untuk tidak perlu kuatir dengan pasar.
“Pembelinya sudah ada, namanya Chaeron Pokphand. Perusahaan ini membutuhkan 8.000 ton per hari atau setara dengan 2,9 juta ton per tahun. Sehingga jangan pernah ada kegelisahan lagi di petani, kalau kami tanam jagung tidak bisa dijual, karena kami jadi taruhannya. Kalau jagung yang diproduksi petani itu tidak terserap di pasar, taruhannya di kita,” pungkas AWK sembari memastikan bahwa jagung hasil produksi dari petani terjual semuanya.
Meski demikian, AWK mengapresiasi langkah yang sudah dilakukan Pemerintah Provinsi NTT dengan program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS), namun AWK pun memberikan ruang bagi kepala-kepala desa yang mau menginvestasikan dana desa melalui 20% program ketahanan pangan untuk ikut dalam program yang difasilitasi oleh Dewan Jagung Nasional ini sesuai dengan kondisi dan keadaan di wilayah desa masing-masing.
Baca Juga:
PJ Bupati Deli Serdang Dorong Peningkatan Kemandirian Desa Bersama Kepala Desa
Selanjutnya tutur AWK, pihaknya juga butuh kerjasama dengan pemerintah daerah dalam hal melakukan intervensi-intervensi yang berkaitan dengan peningkatan produksi jagung seperti Alsintan agar berkolaborasi dengan menjadikan jagung ini sebagai basis utama pertanian jangka pendek, karena lebih cepat menghasilkan uang.
AWK menegaskan bahwa, gerakan ini terus berlanjut hingga NTT mencapai target ekspor antar daerah. Ia menargetkan bahwa empat sampai lima tahun kedepan NTT akan mencapai target 1 juta ton keluar. “Kalau 1 juta ton keluar dari NTT berarti, dengan harga Rp 4.500 maka ada uang yang berputar di NTT sebanyak 4,5 triliun, hampir mendekati APBD Provinsi NTT. Jika hal ini dijalankan secara konsisten, petani di NTT akan sejahtera,” papar AWK penuh keyakinan.
Ditanya terkait adanya keluhan petani terhadap benih yang tidak layak atau rusak, AWK dengan tegas mengatakan bahwa ekosistem yang dibangun melalui Dewan Jagung Nasional adalah ekosisten bisnis.