NTT.WahanaNews.co-Sikka| Sekolah Menengah Atas Swasta Katolik (SMAS) Bhaktyarsa menggelar acara wisuda bagi 114 Peserta Didik (PD) angkatan 7 Tahun Pembelajaran 2023/3034, Sabtu (11/5/2024) di Aula Santa Theresia Avila Maumere.
Ketua Panitia yang juga Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Petrus Afendi dalam laporannya mengungkapkan bahwa, Prosesi Wisuda ini dianggap perlu sebagai bentuk apresiasi tertinggi dari sekolah kepada peserta didik dan juga orangtua/wali.
Baca Juga:
Sukses Transportasi PON XXI, Dishub Sumut Bubarkan Tim Pelaksana
Selain itu, alasan mendasar pihaknya menggelar prosesi wisuda lanjut pria yang akrab disapa Fendi ini, karena sejak Tahun Pembelajaran 2017/2018 SMAS Bhaktyarsa sudah memulai mewisudakan angkatan perdana yang lulus 2 tahun sebanyak 23 PD yang waktu itu dikukuhkan oleh Kepala Dinas Provinsi NTT, Yohana Lisapally. “Hal baik ini terus terus terukir sejarahnya setiap tahun, dan hari ini adalah wisuda angkatan 7,” ujarnya.
Menurut Fendi, sebagai Sekolah Penyelenggara Sistem Kredit Semester (SKS) tahun terakhir, tentu ini menjadi ciri khas yang berbeda bukan soal untuk gaya atau kelihatan keren tapi karena Sekolah melihat bahwa, Prosesi Wisuda ini sebagai bentuk apresiasi tertinggi atas kerja keras peserta didik dan kerjasama orangtua/wali yang sangat luar biasa selama 3 tahun.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum sekaligus Ketua Panitia, Petrus Afendi (kiri) ketika menyerahkan Piagam Penghargaan kepada salah satu Peserta Didik.
Baca Juga:
Layanan Transportasi PON Raih Apresiasi, Kemenhub Dukung Penuh Suksesnya Event
“Angkatan ini unik karena merekalah yang mengakhiri proses kurikulum 2013 SKS dan tahun masa terakhir masa Covid-19 walaupun dari mereka ada yang merasa ingin lebih lama lagi berada di rumah Bhaktyarsa. 114 peserta didik ini telah membuktikan dirinya sebagai pribadi yang sudah berjuang keras selama ini karena sudah melewati semua tahapan panjang sesuai kriteria kelulusan,” ungkap Fendi menambahkan.
Terkait implementasi SKS, Fendi menjelaskan bahwa mulai dari proses awal masuk peserta didik mendaftarkan diri, melalui prosedur psikotes, wawancara, pengisian Kartu Rencana Studi, kemudian melewati proses di kelas.
SKS lanjut dia, tidak mengenal sistem tahan kelas karena kenaikan kelas otomatis, dan tidak ada ujian semester. Setiap 3-6 bulan, PD boleh mengambil KHS/Raport sesuai ritme belajar masing-masing. Beban belajar maksimal yang harus ditempuh adalah 266 SKS yang diselesaikan antara 2-4 tahun tergantung proses belajar peserta didik. Yang sudah kita lakukan ini adalah sebuah proses Merdeka Belajar yang sesungguhnya, pungkas Fendi.
Dalam pengembangannya tutur Fendi, pada tahun pembelajaran 2023/2024 Kurikulum kita beralih ke Kurikulum Merdeka untuk kelas Fase E dan Fase F yang sebetulnya secara prinsip, rohnya mengadopsi kurikulum SKS.
Lebih lanjut kata Fendi, setelah menyelesaikan proses belajar, peserta didik juga melewati proses pengerjaan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Proses KTI diawali dengan pembagian kelompok maksimal 2 (dua) orang, dan ada juga yang memilih mandiri/sendiri.
Para Wisudwan/ti SMAS Bhaktyarsa Maumere Angkatan 7.
“Mereka dibekali tambahan ilmu yakni Muatan Lokal khusus Metodologi Penelitian. Anak-anak kita mulai bergelut dengan KTI sejak awal semester 1 yang dimulai dengan pengajuan judul, proses penelitian, pelaksanaan penelitian sampai seminar hasil penelitian,” tandas Fendi.
Hasil penelitian dalam bentuk makalah diubahn menjadi Artikel Ilmiah yang tulisannya sebut Fendi, dibukukan ber ISBN bekerja sama dengan penerbit Khaffah Learning Center, sebuah penerbit yang terdaftar resmi di IKAPI dan Perpusnas. Ini merupakan tahun ketiga kerjasama dengan penerbit itu.
Ditambahkan Fendi, tahun ini artikel anak disertakan dengan pembimbing sebagai penulis penyerta dan semuanya diberikan piagam penghargaan sebagai penulis dan penerbit. “Kedepannya kami akan mengembangkan tulisan anak-anak bukan lagi menjadi buku kumpulan, tetapi artikel mereka diterbitkan di Jurnal bereputasi dengan menyertakan penulis tambahan adalah guru pembimbing mereka,” ketusnya sembari membeberkan bahwa dari artikel ilmiah yang terdata sebanyak 68 karya yang sudah lolos cek plagiasi/kemiripan, 1 (satu) artikel sudah diselesaikan tahun lalu.
Setelah melewati proses KTI selanjutnya peserta didik ini mengikuti Ujian Sekolah yang dikemas dalam bentuk bervariasi gabungan antara tes tulis, produk, portofolio, dan praktik, imbuh Petrus Afendi. [frs]