WahanaNews-Labuanbajo | Wisatawan yang ditemukan meninggal di air terjun Cunca Wulang Desa Cunca Wulang, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat didoakan ribuan umat Paroki Roh Kudus Labuan Bajo, pada Jumat 15 April 2022 lalu.
Intensi khusus untuk korban, Yoseph Febio Makasau (29), dibacakan oleh Pastor Paroki Roh Kudus Labuan Bajo, Rm. Aloysius Gambur, Pr dalam misa kedua malam Paskah, Sabtu 16 April 2022.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
"Mohon doa untuk saudara kita Feby (sapaan Yoseph Febio Makasau)," kata Rm. Aloysius Gambur, Pr.
Sebelumnya, dalam misa Jumat Agung di Gereja Paroki Roh Kudus Labuan Bajo, terdapat juga intensi agar Tim Search and Rescue (SAR) Gabungan, menemukan korban terbawa arus sungai dan tenggelam di Air Terjun Cunca Wulang pada 13 April 2022 lalu.
Yoseph Febio Makasau (29), seorang tour guide di Labuan Bajo yang berdomisili di Golokoe, Kelurahan Wae Kelambu. merupakan korban terseret arus sungai dan tenggelam di Air Terjun Cunca Wulang.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Intensi itu dibaca oleh pemimpin misa, Pater Adrian Jenani, SVD.
"Mohon bantuan dan kekuatan Tuhan agar Tim SAR dapat menemukan korban," kata Pater Adrian Jenani, SVD dalam misa pertama Jumat Agung sekitar pukul 12.40 Wita.
Untuk diketahui, intensi misa berarti misa yang dirayakan oleh imam diaplikasikan untuk kepentingan atau wujud tertentu umat pemberi intensi.
Diberitakan sebelumnya, Tim SAR Gabungan menemukan wisatawan yang terseret arus dan tenggelam di Air Terjun Cunca Wulang Desa Cunca Wulang, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Jumat 15 April 2022.
Wisatawan bernama Yoseph Febio Makasau (29) ditemukan meninggal duniadunia sekitar pukul 12.00 WITA. Ia dilaporkan hilang setelah terseret arus dan tenggelam di Air Terjun Cunca Wulang pada 13 April 2022.
Penemuan jenazah korban dilakukan selama 3 hari sejak dilaporkan hilang.
"Korban berhasil ditemukan oleh Tim SAR Gabungan dalam kondisi meninggal dunia di kedalaman 15 meter dan langsung dievakuasi menuju rumah duka menggunakan ambulance Puskesmas Wersawe," kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Maumere selaku SMC (SAR Mission Coordinator), I Putu Sudayana.
I Putu Sudayana menjelaskan, proses pencarian dan evakuasi korban yang dilaksanakan oleh Tim SAR Gabungan tidak mudah, karena medan sungai Cunca Wulang didominasi bebatuan yang terjal serta arus yang kuat.
"Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dengan semangat yang solid dan kegigihan Tim SAR Gabungan untuk terus melakukan pencarian terhadap Suadara Vabio, Pelaksanaan Operasi SAR Hari Ke tiga membuahkan hasil. Saya selaku SMC (SAR Mission Coordinator) memberi apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh Tim SAR Gabungan," ujarnya.
Sementara itu, pihak yang melakukan Operasi SAR di antaranya, Tim Rescue Pos SAR Manggarai Barat, Lanal Labuan Bajo, Babinsa Kecamatan Mbeliling, Penyelam P3KOM Manggarai Barat, Polsek Sano Nggoang, Polair Labuan Bajo, Kodim 1612 Manggarai, BPBD Kabupaten Manggarai Barat serta Masyarakat Desa Cunca Wulang dan Keluarga Korban
"Berkat sinergi dan koordinasi yang solid proses Operasi SAR berjalan dengan baik aman dan lancar serta selalu mengedepankan safety diantara Tim SAR Gabungan, semoga pelaksanaan misi kemanusiaan ini menjadi amal yang baik bagi seluruh Tim SAR Gabungan di Sisi Tuhan Yang Maha Esa. Mewakili Tim SAR Gabungan, Kami turut berduka cita sedalam-dalamnya kepada keluarga korban, Smeoga Saudara Vabio tenang disisi-Nya dan Keluarga diberikan ketabahan," katanya.
Sementara itu, jenazah korban yang berprofesi sebagai guide di Labuan Bajo itu ditemukan dalam gua yang berada di bawah Air Terjun Cunca Wulang.
Mateus Fandi Laswendo (27) dan Engel Tani (29), dua penyelam dari P3KOM Mabar yang menemukan jenazah Yoseph yang terpelungkup di sudut gua.
Setelah 20 meter turun ke lokasi menggunakan tali, mereka menyelam hingga kedalamam 7.5 meter. Di kedalaman itu mereka menemukan sebuah gua bawah air terjun.
Debit air yang besar dan air sungai yang keruh sangat menyulitkan pencarian, sebab visibility (jarak pandang) penyelam hanya 1-2 meter.
Untuk membantu para penyelam, warga mengurangi debit air dengan menutup dan mengalihkan aliran air dari atas air terjun, strategi ini cukup ampuh dalam proses pencarian.
"Kebetulan tadi debit air masih besar, maksudnya di air terjun masih besar sekali, dan mereka (penyelam) tidak bisa masuk ke dalam gua atau overhang, ada gua di kedalam 7.5 meter, masuk sekitar 4 sampai 5 meter. Saya dan teman (Mateus Fandi Laswendo) coba masuk dalam gua itu, sekitar 5 menit penyelaman kami sudah temukan korban di dalam sudah tidak bernyawa," kata Engel Tani diamini Mateus Fandi Laswendo saat ditemui di rumah duka di Golokoe Kelurahan Wae Kelambu, Kecamatan Komodo.
Engel Tani menjelaskan, ia dan rekannya berjibaku melawan pusaran air di bawah sungai, jarak pandang yang kurang mengharuskan penggunaan senter khusus penyelam.
Engel dan Mateus Fandi Laswendo dengan alat bantu seadanya merangkak masuk dalam overhang, setelah melakukan penyisiran sekitar 15 meter, akhirnya mereka menemukan korban.
Jenazah korban langsung dievakuasi menggunakan tali hingga permukaan sungai, dan selanjutnya tim SAR Gabungan membawa jenazah menggunakan ambulans ke rumah korban.
"Kami ikat tubuh korban. Kami keluarkan korban lalu tim kami panggil rekan dari tim SAR," kata Mateus Fandi Laswendo.
Sementara itu, isak tangis keluarga pecah saat jenazah Yoseph Febio Makasau (29) tiba di rumah duka di Golokoe Kelurahan Wae Kelambu, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Jumat 15 April 2022.
Jenazah korban yang dibawa menggunakan ambulans tiba sekitar pukul 15.10 Wita di rumah duka.
Sejumlah keluarga korban bahkan histeris melihat jenazah korban yang masih berada di dalam kantong jenazah.
Sementara itu, sejumlah keluarga dan rekan korban terus berdatangan ke rumah duka dan mengucapkan belasungkawa yang mendalam.
Diketahui, korban meninggalkan seorang istri dan dua anak.
Diberitakan sebelumnya, seorang wisatawan asal Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), terbawa arus dan hilang di wisata air terjun Cunca Wulang, Rabu 13 April 2022.
Diketahui, korban bernama Yoseph Febio Makasau (29), yang terbawa arus dan tenggelam di Air Terjun Cunca Wulang pada Rabu 13 April 2022 sekitar pukul 15.00 Wita.
Informasi yang dihimpun POS-KUPANG.COM, korban diketahui bernama Yoseph Febio Makasau, berdomisili di Golokoe Kelurahan Wae Kelambu. Ia bersama seorang anaknya, Bimbim (5) dan dua rekannya Arman dan Deden tiba di lokasi wisata sekitar pukul 12.30 Wita.
Sekitar pukul 15.00 Wita, mereka tiba di lokasi wisata yang terletak di Desa Cunca Wulang, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Mabar.
Yoseph Febio Makasau bersama Bimbim dan Arman memilih untuk mandi di puncak air terjun Cunca Wulang, sedangkan Deden memilih untuk tidak bergabung.
Karena arus air yang deras, Yoseph Febio Makasau terseret air dan jatuh di air terjun.
Rekan Yoseph Febio Makasau, Arman dan Deden sempat berupaya menolong korban dengan mencari kayu untuk menolong korban, tapi karena lelah dan dihantam arus air sungai yang cukup deras, YFM terjatuh di area air terjun.
Selanjutnya, rekan korban, Arman berlari ke arah kolam utama air terjun Cunca Wulang untuk mencari korban, namun sekitar 25 menit ia mencari dan menunggu, korban tak kunjung ditemukan.
Kejadian tersebut langsung dilaporkan ke pihak Pos Wisata Cunca Wulang dan warga sekitar, untuk membantu proses pencarian korban.
"Sementara (korban) dicari," kata seorang warga Desa Cunca Wulang, Yohanes Hamid.
Yohanes menjelaskan, kedatangan wisatawan lokal tersebut tidak diketahui, sebab mereka tidak melaporkan diri di Pos Wisata Cunca Wulang.
Kepala Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan (Kadis Parekraf) Mabar, Pius Baut mengaku telah menerima informasi tersebut dari petugas retribusi objek wisata di Warsawe Desa Cunca Wulang, Kecamatan Komodo sekitar pukul 17.30 Wita.
"Lalu kami koordinasi dengan pihak kepolisian, BPBD dan Pos SAR Labuan Bajo. TIM sudah turun ke lokasi dan sampai saat ini korban belum ditemukan," katanya saat dikonfirmasi Rabu malam.
Pihaknya berharap, setiap korban yang berwisata di destinasi wisata Air Terjun Cunca Wulang dipandu oleh pramuwisata lokal (local guide) dan mengikuti arahan atau petunjuk yang ada.
Sebab, lanjut dia, diketahui korban bersama rekannya tidak melaporkan kunjungan ke Pos Jaga Air Terjun Cunca Wulang.
"Kami sangat berharap wisatawan yang ke Cunca Wulang dipandu oleh pramuwisata lokal (local guide) dan mengikuti arahan atau petunjuk dari local guide tersebut," katanya.
Terpisah, Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina mengungkapkan dukacita mendalam kepada keluarga korban atas kejadian tersebut.
"Kami turut berdukacita kepada keluarga yang ditinggalkan," katanya saat dihubungi POS-KUPANG.COM, Kamis 14 April 2022.
Pihaknya akan berembuk bersama Pemerintah Daerah Manggarai Barat dan stakeholder lainnya terkait kejadian tersebut.
"Kenyamanan, keamanan, dan keselamatan di destinasi adalah prioritas. Menindaklanjuti ini, kami akan segera berembuk bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat dan stakeholder untuk mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang lagi," kata Shana.
Shana menilai, sangat penting untuk memperketat pos tamu dan pendataan kunjungan, pembekalan pengetahuan dan kapasitas pemandu lokal, emergency briefing standar, penyediaan fasilitas K3 di destinasi, serta penerapan protokol keselamatan yang konsisten oleh pengelola daya tarik wisata.
"Kami juga mengimbau kepada setiap wisatawan yang berkunjung untuk wajib melapor ke pos yang sudah tersedia di destinasi Wisata Cunca Wulang, karena pendampingan oleh pemandu lokal yang lebih paham tentang daya tarik wisata terkait sangat diperlukan. Wisatawan juga harus mematuhi peraturan-peraturan yang sudah didesain sedemikian rupa untuk meminimalisir resiko kecelakaan," jelasnya.
Sementara itu, lanjut Shana, secara institusi BPOLBF pada tahun 2020 lalu berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga telah melaksanakan Simulasi Protokol Keamanan dan Keselamatan di Destinasi Super Prioritas.
Protokol Keamanan dan Keselamatan, kata Shana, harus menjadi koridor pengelolaan destinasi, termasuk daya tarik wisata di dalamnya.
"Kesiapan instansi untuk penanganan kedaruratan tentunya juga harus diimbangi dengan kewaspadaan wisatawan sehingga ke depan kejadian kecelakaan dapat diminimalisir dan tertangani dengan baik dan cepat," katanya. [rda]