WahanaNews-Labuanbajo | Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), beserta Dharma Pertiwi TNI bekerja sama untuk terus berupaya, dalam percepatan penurunan stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kali ini BKKBN dan Dharma Pertiwi pusat menggencarkan roadshow percepatan penurunan stunting di daerah prioritas yaitu, Kabupaten Manggarai Barat.
Baca Juga:
BKKBN Sulut dan Pemkab Minahasa Selatan Libatkan Pakar Identifikasi Penyebab Stunting
Kabupaten Manggarai Barat dengan prevalensi stunting 38,5 merupakan tujuan roadshow keenam setelah Bandung, Medan, Aceh, Mojokerto, dan Lombok.
Rangkaian roadshow Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo dan Ketua Umum Dharma Pertiwi Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati (Hetty) Andika Perkasa, dimulai dengan memberangkatkan tim baksos secara simbolis yang terdiri dari Babinsa, Babinpotmar dan Babinkamtibmas dengan Sea Rider Lanal Labuhan Bajo di pelabuhan Water Front.
Rombongan kemudian bergerak menuju RSUD Labuan Bajo untuk meninjau pelayanan KB gratis, dengan 49 akseptor yang meliputi MOW atau Tubektomi, Implant, dan IUD.
Baca Juga:
BKKBN Sulut Tekankan Pentingnya Dukungan Pemangku Kepentingan Turunkan Angka Stunting
Setelah menyapa dan memotivasi para akseptor KB, rombongan bertolak ke Aula Pemkab Manggarai Barat untuk memberikan motivasi kepada warga dan pemangku kepentingan, untuk upaya percepatan penurunan stunting.
Hasto Wardoyo mengatakan, inti dari acara ini adalah melakukan bakti sosial (baksos) dengan berbagai bentuk.
Baksos pertama bentuknya KIE (komunikasi, informasi, edukasi) atau penyuluhan yang dirangkai demo masak menggunakan bahan produk lokal untuk mencegah stunting, karena baksos ini dikemas untuk mempercepat penurunan stunting.
“Baksos yang kedua kita melakukan pelayanan, pasang susuk atau implant gratis, pasang IUD gratis dan operasi steril (tubektomi) gratis, bahkan yang di operasi steril dapat uang saku Rp 300.000,” jelasnya, Jumat (16/9/2022).
Menurut Hasto Wardoyo, pelayanan KB yang dilakukan berada di dua tempat, selain di RSUD Labuan Bajo, juga dilakukan di balai penyuluhan KB kecamatan langke rembong, Ruteng, Kabupaten Manggarai.
“Karena dengan KB stuntingnya akan turun, stunting banyak terjadi karena anaknya terlalu banyak dan jaraknya terlalu deket,” katanya.
Ia mengatakan, NTT menjadi provinsi dengan tingkat prevalensi stunting paling tinggi di Indonesia yakni 37,8. Sehingga NTT menjadi daerah prioritas dalam penurunan stunting.
“Keluarga yang rentan stunting itu adalah keluarga yang masih ingin hamil dan masih ingin melahirkan tapi nggak punya sumber air bersih, keluarga yang punya anak bayi tapi tidak punya sumber air bersih, keluarga yang rumahnya belum layak huni, rumahnya kumuh dan mudah terkena TBC akhirnya stunting, keluarga yang tidak punya jamban sehingga buang airnya di sembarang tempat,” ungkap Hasto Wardoyo.
Keluarga rentan stunting termasuk juga keluarga yang terlalu muda, yang usia menikahnya muda, dan hamil di bawah 20 tahun.
Lalu keluarga terlalu tua, yang usianya sudah di atas 35 tahun masih ingin hamil. Keluarga yang terlalu sering melahirkan, jaraknya kurang dari 3 tahun dan yang terakhir keluarga yang terlalu banyak.
Dalam roadshow ini dilakukan beragam kegiatan dalam upaya percepatan penurunan stunting, seperti sosialisasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L) bersama 100 orang Gabungan Persit KCK, Jalasenastri, Pia Ardhya Garini, Ibu-ibu Bhayangkari, dan Ibu-Ibu Tim Penggerak PKK, demo masak menu gizi seimbang untuk baduta dan bumil, penyerahan bantuan beras, telur serta bingkisan makanan tambahan bernutrisi untuk masyarakat berisiko stunting. [jat]