WahanaNews-NTT | Perkembangan teknologi dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengubah dunia kerja. Terlihat ada kebutuhan untuk lulusan pendidikan teknologi informasi, dari SMA hingga perguruan tinggi pada perusahaan di Indonesia.
Pekerjaannya pun beragam. Enda Nasution, Co-founder dan CMO Hipajak menjelaskan dari sisi developer terbagi atas front end dan back end. Beberapa juga ada yang mencari bisa semuanya sekaligus.
Baca Juga:
Kementan Dorong Optimasi Ratusan Hektar Lahan Baru di Sumsel
Berikutnya yang berhubungan dengan tampilan. Menurutnya ini tidak terlalu berhubungan dengan IT namun juga dengan desain.
Berhubungan dengan user interface dan user experience. Biasanya setengah berhubungan dengan design. Enggak harus dari lulusan IT makanya, bisa juga dari lulusan design tapi dia harus mengerti IT-nya," kata Enda, beberapa waktu lalu.
Berikutnya adalah olah data yakni data scientist serta berhubungan dengan maintaining system. Selain itu juga ada yang pekerjaan berhubungan dengan keamanan, apalagi dengan banyak masalah kebocoran data dan website serta aplikasi yang bisa diretas.
Baca Juga:
Olokan ke Tukang Es Teh Viral, Presiden Prabowo Tegur Gus Miftah
Kemudian ada juga yang berurusan dengan analisis. Mereka akan membuat analisa dan konsep kebutuhan klien, seperti planner atau thinker untuk pengembangan.
Soa gaji, Enda mengatakan tergantung dari pengalaman, perusahaan serta wilayah tempat bekerja. Kemungkinan untuk Jakarta di perusahaan yang sudah unicorn dan tetap bisa di atas Rp 10 juta mulai dari entry level.
"Kalau di unicorn perusahaan establish mungkin bisa di atas Rp10 juta mulai entry level. dan orangnya bagus pengalamannya oke, untuk entry level bahkan. (kalau perusahaan kecil) Rp 5-10 juta saya rasa masih ada," kata Enda.
Namun ternyata pasokan SDM tersebut kurang dibandingkan dengan kebutuhannya. Enda mengatakan secara umum sulit mencari atau merekrut pekerjaan yang sifatnya teknis terutama development.
Salah satunya lulusan tersebut tidak semua yang akan melanjutkan pendidikannya di dunia kerja.
"Sebabnya sebetulnya yang jago banyak di Indonesia tapi juga jumlah pasokannya kurang. Karena dari semua yang lulusan kuliahnya belajar developwe enggak semua mau bekerja sebagai developer. Saya rasa setengahnya enggak bekerja sebagai developer malah," kata Enda.
"Dari sisi supply-nya kurang, walaupun sekarang sudah mulai terbantu karena ada training-training tadi ya. Bahkan lulusan vokasi D3 bahkan lulusan SMA aja banyak yang membutuhkan, di dunia perangkat lunak". [non]