WahanaNews-NTT | PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk kembali bekerjasama dengan Yayasan Perkumpulan Peduli Hak Anak (PAPHA) menyalurkan bantuan sembako kepada 500 keluarga Lansia.
Hal ini ditandai dengan adanya penyerahan secara simbolis 500 paket sembako oleh BRI Cabang Maumere kepada Perwakilan Yayasan PAPHA di ruang kerja Pimpinan BRI Cabang Maumere, Jumat (03/06/2022).
Baca Juga:
Haji Uma Serahkan Bantuan Peduli Banjir Ketiganya di Kota Subulussalam
Bantuan paket sembako ini akan disalurkan oleh Yayasan PAPHA kepada 500 keluarga Lansia di Desa Pada dan Desa Watokobu, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata.
Pimpinan BRI Cabang Maumere, Nurdin usai penyerahan secara simbolis menyampaikan bahwa bantuan ini merupakan bagian dari Program BRI Peduli masyarakat terdampak Covid-19.
Nurdin berharap agar bantuan 500 paket sembako yang disalurkan melalui program BRI Peduli ini dapat tersalurkan seluruhnya kepada penerima manfaat.
Baca Juga:
Pj Bupati Gianyar Bagikan Bantuan Sembako dan Tabungan ke Warga Miskin
Sementara itu secara terpisah, Direktur Yayasan PAPHA Bernardus L. Hayon ketika dikonfirmasi WahanaNews.co melalui telepon seluler mengatakan bahwa PAPHA merupakan salah satu NJO lokal yang bermitra dengan masyarakat.
Menurut Bernardus L. Hayon, dalam membangun kemitraan dan pendampingan kepada masyarakat, pihaknya masih banyak menemukan persoalan terutama masalah kesejahteraan.
Masalah kesejahteraan ini sering ditemukan dalam kelompok-kelompok Lansia, ibu-ibu hamil yang asupan gizinya rendah yang nantinya beresiko stunting dan juga para janda, jelas Nartho panggilan akrabnya.
Terhadap persoalan ini kata Nartho, PAPHA merasa terpanggil untuk melakukan support dalam bentuk stimulus dengan upaya-upaya yang bisa dilakukan dan salah satunya adalah dengan pemberian bantuan langsung berupa 500 paket sembako kepada para Lansia di Kabupaten Lembata.
Nartho mengakui bahwa untuk menanggapi semua persoalan yang dihadapi, PAPHA membutuhkan kerjasama dengan pihak lain, salah satunya bank BRI, karena memang pihaknya kekurangan dalam hal finansial.
“Kita coba menggandeng pihak BRI, dan syukur bahwa mereka merespon dengan baik sehingga kemudian ini bisa terlaksana,” ujar Nartho.
Ketika ditanya terkait pemilihan lokasi penyaluran bantuan dan sasaran yang akan menerima manfaat, Direktur PAPHA ini menjelaskan, berdasarkan Peraturan Presiden RI nomor 63 tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Teringgal tahun 2020-2024, Kabupaten Lembata merupakan salah satu dari 13 Kabupaten Tertinggal di Provinsi NTT.
Dikatakan Nartho, fakta tentang tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Lembata ini, terkonfimasi oleh statistik yang dirilis Badan Pusat Statistik Kabupaten Lembata tahun 2021 untuk kondisi tahun 2020.
Ia menambahkan, berdasarkan statistik tersebut, sejak empat tahun terakhir prosentase kemiskinan di Kabupaten Lembata belum beranjak dari angka 26% atau terdapat kurang lebih 31.000 warga miskin dari total kurang lebih 139.000 warga Kabupaten Lembata.
Prosentase kemisikinan ini jauh diatas prosentase kemiskinan nasional yang hanya sebesar 10,14%. Demikianpun Indeks Pembangunan Manusia yang masih berada di kisaran angka 64,75 yang berarti tertinggal 7,54 dari IPM nasional yang kini berada di angka 72,29.
Dengan demikian, tidaklah mengherankan jika Lembata hingga saat ini belum keluar dari zona Kabupaten Tertinggal, pungkasnya.
Nartho menyebutkan, dari 26% atau 31.000 warga miskin diatas, sebagian besarnya adalah kelompok masyarakat lanjut usia (Lansia), dan sejak merebaknya Covid-19, kemiskinan para Lansia ini menjadi semakin parah. Para Lansia adalah kelompok masyarakat paling rentan terhadap Covid-19.
Karena itu, berbagai aktivitas yang beresiko terpapar Covid-19 diantaranya aktivitas ekonomi terhenti. Para Lansia memilih dan atau berdiam diri di rumah, sehingga tak memiliki penghasilan.
Kondisi diatas lanjut Nartho, dialami juga oleh para Lansia di Desa Watokobu dan Desa Pada, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata.
Ia menggambarkan, Desa Pada dan Desa Watokobu adalah dua desa yang terletak di pesisir Lewoleba, Ibu Kota Kabupaten Lembata.
Adapun Lansia di desa Pada saat ini sebanyak 297 jiwa, sementara di Desa Watokobu jumlah Lansianya sebanyak 268 jiwa.
Sebagian besar dari para Lansia ini bekerja sebagai pedagang eceran di Pasar Pada dan sebagian lainnya mengelola kios-kios kelontong, bahkan ada juga diantara mereka yang bekerja serabutan sebagai petani lahan garapan, papar Nartho.
Terhadap kondisi ini, PAPHA merasa perlu menggalang dukungan dari berbagai sumber untuk dapat membantu warga terutama Lansia dan kelompok masyarakat miskin di Desa Pada dan Desa Watokobu, agar mereka mampu bertahan ditengah terpaan kemiskinan, ujar dia.
Lebih lanjut kata Nartho, oleh PAPHA Bank Rakyat Indonesia adalah salah satu sumber potensial yang memiliki empati dan kepedulian yang besar terhadap derita yang sedang mendera warga Desa Pada dan Desa Watokobu ini.
Untuk itu selaku Direktur PAPHA, Nartho menyampaikan terima kasih kepada pihak BRI dalam hal ini BRI Cabang Maumere yang telah merespon dengan baik permohonan yang diajukan pihaknya, tutup Bernardus L. Hayon. [frs]