
Ngada-NTT.WahanaNews.co| Dalam rangka mengantisipasi dampak perubahan iklim, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) RI menggelar Bimtek Teknologi Tepat Guna Perubahan Iklim di Kabupaten Ngada, Provinsi NTT, Kamis (21/8/2025).
Baca Juga:
Front Dingin Picu Bencana Salju dan Banjir di Australia Timur, Ratusan Kendaraan Terjebak
Dalam kerangka acuan yang diterima media ini, Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Hanif Faisal Nurofiq menjelaskan, perubahan iklim telah memberikan dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk di wilayah-wilayah kepulauan dan perdesaan seperti Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kata Menteri, sebagai daerah dengan topografi berbukit dan curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun, Ngada menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sumber daya alam, khususnya terkait dengan pengelolaan sampah dan ketersediaan air bersih yang berkelanjutan.
Di sisi lain, pertumbuhan populasi dan aktivitas domestik turut meningkatkan volume timbulan sampah rumah tangga, terutama sampah organik.
Baca Juga:
Indonesia Terancam Kehilangan Peluang Investasi karena Minim Energi Hijau
“Jika tidak dikelola dengan baik, sampah organik ini akan menumpuk di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan serta emisi gas rumah kaca,” terang Menteri Hanif.
Oleh karena itu, pengolahan sampah organik di sumber timbulan menjadi langkah strategis untuk mengurangi beban TPA.
Salah satu contoh praktik baik dapat dilihat di Kabupaten Ngada, di mana lanjut Hanif telah berjalan pengolahan sampah organik menjadi pakan ternak dan komposting.
Pendekatan ini kata Dia, tidak hanya mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA, tetapi juga menghasilkan produk bernilai ekonomi, seperti pakan ternak dan pupuk organik, yang dapat mendukung penghidupan masyarakat setempat.
Di sisi lain, ketersediaan dan pemanfaatan air bersih menjadi isu strategis yang krusial, terutama di wilayah-wilayah yang bergantung pada aliran air pegunungan.
Teknologi mikrohidro, yang memanfaatkan potensi aliran air skala kecil untuk menghasilkan energi terbarukan dan mendukung sistem distribusi air, merupakan solusi adaptif yang sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan penguatan ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim, jelas Menteri Hanif.
Melihat potensi sumber daya alam lokal yang melimpah serta semangat masyarakat adat di Ngada dalam menjaga kelestarian lingkungan, diperlukan upaya sistematis untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan memperkenalkan inovasi teknologi tepat guna yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kebutuhan komunitas.
Lebih lanjut Menteri Hanif menuturkan, kegiatan peningkatan kapasitas ini juga menjadi bagian dari strategi nasional untuk memperkuat peran masyarakat dalam aksi iklim di tingkat tapak, serta mendukung target-target pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim yang inklusif.
Membangun Pengetahuan dan Jejaring Lintas Pihak
Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Diseminasi Teknologi Tepat Guna Perubahan Iklim di Kabupaten Ngada menjadi penting untuk membangun pengetahuan, keterampilan, dan jejaring kolaborasi lintas pihak—baik pemerintah daerah, komunitas, akademisi, maupun pelaku usaha lokal—guna mendorong implementasi praktik-praktik pengelolaan sampah dan air secara berkelanjutan berbasis kearifan lokal dan inovasi teknologi.
Adapun kegiatan peningkatan kapasitas dan diseminasi teknologi tepat guna lanjut Menteri Hanif, bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang dampak perubahan iklim dan pentingnya teknologi tepat guna.
2. Mengenalkan dan mendorong implementasi teknologi pengolahan sampah organik melalui metode pengomposan dan sampah anorganik di bank sampah agar mengurangi beban sampah yang masuk di TPA.
3. Mengenalkan dan mendorong pemanfaatan teknologi mikrohidro sebagai solusi inovatif dalam menghadapi perubahan iklim di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
4. Menguatkan peran Program Komunitas Iklim (ProKlim) dalam penguatan kapasitas masyarakat terhadap aksi pengendalian perubahan iklim.
5. Membangun kolaborasi multipihak untuk berbagi praktik baik dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Sementara itu kata Menteri Hanif, output yang diharapkan tercapai dari kegiatan peningkatan kapasitas dan diseminasi teknologi tepat guna antara lain:
1. Peningkatan pemahaman peserta terkait teknologi pengolahan sampah organik dengan metode pengomposan dan sampah anorganik di bank sampah serta pemanfaatan teknologi mikrohidro dalam adaptasi perubahan iklim.
2. Peserta mampu menerapkan teknologi pengolahan sampah organik dengan metode pengomposan serta pemanfaatan teknologi mikrohidro di lingkungan masing-masing.
3. Dokumentasi praktik baik yang dapat dijadikan referensi bagi komunitas lain.
4. Rencana aksi komunitas untuk mengadopsi teknologi pengolahan sampah organik dengan metode pengomposan serta pemanfaatan teknologi mikrohidro secara berkelanjutan.
Dilaksanakan Dalam Bentuk Workshop
Terkait detail kegiatan, Menteri Hanif menjelaskan, kegiatan peningkatan kapasitas dan diseminasi teknologi rendah karbon akan dilaksanakan dalam bentuk workshop yang berlangsung selama satu hari.
Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan, kegiatan yang diselenggarakan di Provinsi Nusa Tenggara Timur akan berfokus pada tema terkait teknologi pengolahan sampah dengan metode pirolisis dan budidaya maggot serta pemanfaatan mikrohidro dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan Iklim.
Secara umum, komponen utama dalam kegiatan ini meliputi:
1. Pemaparan materi oleh narasumber ahli terkait perubahan iklim terkait teknologi pengolahan sampah dengan proses pirolisis dan budidaya maggot, serta mikrohidro.
2. Diskusi dan tanya jawab untuk mengidentifikasi tantangan dan solusi dalam implementasi teknologi.
3. Penyusunan rencana tindak lanjut oleh peserta kegiatan dalam menerapkan teknologi tepat guna melalui pembelajaran praktik baik yang disampaikan narasumber.
Menteri Hanif berharap Kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim melalui pemanfaatan teknologi tepat guna. Keberlanjutan dari program ini juga akan didukung dengan evaluasi dan tindak lanjut agar dampaknya dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. [frs]